Review Novel Arya-Annisa by Adintha Nafies: Cinta Sejak Kecil
Arya dan Annisa bertetangga sejak kecil. Berteman dan ke mana-mana selalu bersama. Semasa kecil, Arya kerap kali membantu Annisa menalikan sepatunya karena gadis cilik itu belum biasa pakai sepatu bertali. Hingga masa remaja saat Annisa mulai kenal berdandan, Arya mulai merasa ada yang menyusup dalam hatinya. Mereka pun mengikat persahabatan dan cinta.
Ujian hubungan keduanya muncul saat hadir Vannessa dan Nico yang masuk ke kehidupan keduanya. Apakah mereka akhirnya berpisah lantaran kehadiran dua orang baru itu? Apalagi Vanessa jelas menyatakan suka pada Arya, dan Nico pun mengungkap hal sama pada Annisa.
Itulah sepintas isi novel Arya-Annisa karya duet Adintha Nafies dan Putu Deriska ini. Diterbitkan melalui Stiletto Indie Book pada 2018, dengan ketebalan 228 halaman.
Gaya penceritaannya seperti buku diari, di mana Arya dan Annisa bergantian berkisah pada pembaca. Dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama, tentu lebih gamblang bagi pembaca untuk mengikuti alur novel ini.
Saya membacanya datar saja. Mengikuti kata demi kata yang ditulis kedua pengarangnya. Jujur tak ada rasa penasaran muncul di tiap bab-nya. Mengalir begitu saja dan tak ada pancingan untuk menebak lanjutannya sama sekali. Benar-benar apa ya… pokoknya saya membuka tiap halamannya tanpa menikmati. Itu yang saya rasakan. Mungkin kesan berbeda akan didapatkan pembaca yang lain.
Seutuhnya, cerita dalam novel ini tidak memberi kesan di hati saya. Namun, untuk sebuah novel utuh dan selesai tentu butuh pengorbanan waktu dan energi kedua penulisnya dalam menyelesaikan hingga ending. Itu perlu dihargai.
Sekiranya itu saja ulasan yang bisa saya tulis untuk novel berjudul Arya-Annisa ini. Saya membacanya sampai selesai dalam 9 hari, untuk memenuhi tantangan membaca dari komunitas ODOP dalam program Reading Challenge ODOP 10. Dan ini baru level pertama season kali ini. Semoga bisa menyelesaikan setiap levelnya dengan baik.
Judul: Arya-Annisa | Penulis: Adintha Nafies & Putu Deriska | Penerbit: Stiletto Indie Book | Cetakan: I, April 2018 | ISBN: 978-602-336-676-7 | Tebal: 228 halaman
Get notifications from this blog
Terkadang kita nggak harus menikmati sesuatu. Biar saja rasanya datar. Seperti sayur kurang bumbu. Biar saja
BalasHapusIya. Kadang harus menelan apapun itu. Jangan banyak protes. Hehehe.
HapusTidak mengapalah Pak, asal bukan hidup ini yang datar-datar saja :-)
BalasHapusNah terjawab di sini sepertinya, konsisten sekali berarti sudah dari 2017 ya. Masya Allah salut
BalasHapus