Salah Dengar
Selepas salat Isya, Jon Koplo membuka gawainya. Terkejutlah dia saat membuka grup WhatsApp alumni sekolahnya yang mengabarkan berita duka. "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun," begitu dia refleks berucap.
Lady Cempluk, istrinya, yang tengah menonton acara televisi bersama Genduk Nicole, anak semata wayang mereka, otomatis penasaran dibuatnya. "Siapa yang meninggal, Mas?" tanya Cempluk.
"Temanku, Tom Gembus, Dik," jawab Koplo.
"Tom Gembus?" tanya Cempluk sambil mengingat-ingat. "Yang sekitar sebulan lalu main ke sini itu, ya, Mas?"
"Iya. Kasihan, anak-anaknya masih kecil-kecil," sahut Koplo lagi.
Jon Koplo bergegas berganti baju dan memakai celana panjang. Dia keluarkan motor yang tadi telanjur dia masukkan ke rumah. Lady Cempluk mengambilkan jaket suaminya.
"Ngomong-ngomong, Alhmarhum meninggal kenapa, Mas?" tanya Cempluk.
Jon Koplo mengenakan helm sambil menjawab lirih, "Jantung, Dik."
"Astagfirullah," desis Cempluk. Jon Koplo sudah menstarter motor dan mengucap salam.
Jon Koplo tak menyadari ternyata istrinya salah dengar saat dia mengatakan penyebab kematian Gembus. Ternyata telinga Cempluk mendengarnya "nggantung" alias gantung diri. Jadilah sepanjang menunggu kepulangan suaminya, Cempluk yang pada dasarnya penakut diserbu rasa ketakutan luar biasa.
Cempluk mendadak teringat saat Tom Gembus berkunjung dan duduk di kursi tamu. Seolah-olah bayangan Gembus masih duduk di situ.
"Ngomong-ngomong, Alhmarhum meninggal kenapa, Mas?" tanya Cempluk.
Jon Koplo mengenakan helm sambil menjawab lirih, "Jantung, Dik."
"Astagfirullah," desis Cempluk. Jon Koplo sudah menstarter motor dan mengucap salam.
Jon Koplo tak menyadari ternyata istrinya salah dengar saat dia mengatakan penyebab kematian Gembus. Ternyata telinga Cempluk mendengarnya "nggantung" alias gantung diri. Jadilah sepanjang menunggu kepulangan suaminya, Cempluk yang pada dasarnya penakut diserbu rasa ketakutan luar biasa.
Cempluk mendadak teringat saat Tom Gembus berkunjung dan duduk di kursi tamu. Seolah-olah bayangan Gembus masih duduk di situ.
Menit demi menit horor bagi Cempluk. Jon Koplo baru pulang sekitar pukul 10 malam.
"Suwe men ta, Mas," protesnya karena merasa Koplo kelamaan.
"Mas, sebenarnya Almarhum punya masalah apa sih sampai segitunya?" tanya Cempluk.
"Masalah apa maksudmu?" kata Koplo balik bertanya.
"Lha itu, Mas Gembus sampai gantung diri begitu?" jawab Cempluk.
Jon Koplo melongo. "Gantung diri? Kata siapa?" tanyanya heran.
"Lha tadi, Mas Koplo pas aku tanya, katanya Mas Gembus nggantung."
Sesaat Koplo terdiam. Barulah kemudian dia sadar yang terjadi. "Ya Allah, Dik. Jebul kamu salah dengar. Aku tadi bilang jantung, bukan nggantung!" kata Koplo.
"Suwe men ta, Mas," protesnya karena merasa Koplo kelamaan.
"Mas, sebenarnya Almarhum punya masalah apa sih sampai segitunya?" tanya Cempluk.
"Masalah apa maksudmu?" kata Koplo balik bertanya.
"Lha itu, Mas Gembus sampai gantung diri begitu?" jawab Cempluk.
Jon Koplo melongo. "Gantung diri? Kata siapa?" tanyanya heran.
"Lha tadi, Mas Koplo pas aku tanya, katanya Mas Gembus nggantung."
Sesaat Koplo terdiam. Barulah kemudian dia sadar yang terjadi. "Ya Allah, Dik. Jebul kamu salah dengar. Aku tadi bilang jantung, bukan nggantung!" kata Koplo.
Dimuat di Solopos edisi Rabu, 5 Agustus 2020.
Get notifications from this blog
Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.