Selaksa Hikmah Kisah Hidup Fathimah
Saya baru saja menuntaskan baca buku berjudul Kerinduan Abadi untuk Fathimah Az-Zahra' karya Ahmad Taisir Kaid yang diterbitkan Penerbit An Nur, Jakarta. Sebuah buku yang mengisahkan kehidupan putri Rasulullah, yang memiliki banyak keutamaan. Saya mau mencoba mencatat beberapa hal penting yang bisa saya simpulkan dari buku ini.
Nama Fathimah ternyata adalah nama istimewa yang diilhamkan langsung oleh Allah Swt pada Rasulullah saat kelahiran putri beliau itu. Dalam hadis disebutkan: "Sesungguhnya dia dinamakan Fathimah adalah karena Allah akan menyapih (fathama) setiap orang yang mencintainya dari api neraka." (Al-Kulaini, Ushul al-Kafi 1/461. Riwayat Abu Hurairah).
Jodoh untuk Fathimah juga sudah disiapkan Allah. Dia adalah Ali bin Abi Thalib ra. Keutamaannya disebutkan dalam Tarikh Baghdad, 14/321, Majma' al-Zawaid 7/230, Kanz al-Ummal, 6/157: "Ali senantiasa bersama kebenaran. Dan kebenaran itu senantiasa bersama dengan Ali. Dan keduanya tidak akan pernah terpisah sampai keduanya datang kepadaku di tepi telaga."
Kelahiran Fathimah juga menjadi terasa begitu istimewa, karena Rasulullah memuliakannya di tengah tradisi jahili yang saat itu tidak menganggap kabar gembira bagi kelahiran anak perempuan. Tradisi ini tergambar dalam surat An-Nahl ayat 58, "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah." Bahkan pada At-Takwir ayat 8 disebutkan tentang tradisi biadab jahiliyah saat itu: mengubur hidup-hidup anak perempuan!
Fathimah tumbuh dalam didikan akhlak Rasulullah yang langsung ia saksikan. Sangat wajar jika segala kebaikan dari sang ayah menurun padanya. Sayyidah Aisyah ra. pernah berkata, "Aku sama sekali tidak pernah melihat orang yang lebih jujur daripada Fathimah dan ayahnya."
Akhlak Fathimah sering dijadikan alat bantu bagi Aisyah saat ada permasalahan Aisyah dengan Rasulullah, ia sering berkata, "Wahai Rasulullah, tanyakanlah kepada Fathimah, karena dia tidak pernah berdusta."
Fathimah seringkali menyaksikan langsung beratnya perjuangan Rasulullah termasuk sikap musyrikin Makkah yang menghalangi dakwah beliau, ia menangis, marah dan sulit menenangkan diri. Ayahnya kemudian yang menenangkan, "Jangan menangis wahai anak perempuanku. Karena sesungguhnya Allah itu melindungi ayahmu."
Rasulullah pernah didatangi malaikat yang berkata, "Wahai Muhammad, Allah mengucapkan salam kepadamu dan berfirman kepadamu: Sesungguhnya Aku telah menikahkan Fathimah, putrimu, dengan Ali bin Abi Thalib di puncak tertinggi. Karena itu, nikahkanlah keduanya di muka bumi." (HR Imam Ali bin Musa Al-Ridha). Sebagaimana disebutkan di atas, Ali adalah jodoh yang Allah siapkan untuk Fathimah.
Dikisahkan pula, Abu Bakar As-Sidiq pernah menyampaikan keinginan melamar Fathimah pada Rasulullah untuk meraih kesempurnaan kehormatan keluarga Nabi, tapi Rasulullah menolak halus dengan mengatakan Allahlah yang memutuskan siapa berhak memperistri Fathimah.
Umar bin Khattab juga pernah mengikuti jejak Abu Bakar itu. Sekali lagi Rasulullah tidak bisa menerimanya. "Dia masih kecil, lagipula aku sedang menunggu keputusan dari Allah," kata beliau.
Sementara Ali yang dianjurkan para sahabat untuk melamar Fathimah kebingungan karena ia tidak punya apa-apa untuk menikahi putri Rasulullah itu. Saat memberanikan diri, terkejut ia mendengar jawaban Rasulullah: "Ahlan wa marhaban, wahai Ali." Kepada para sahabat, Rasulullah berkata, "Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk menikahkan Fathimah dengan Ali."
Ali tidak memiliki apa-apa untuk mahar, Rasulullah menyarankan agar mencari mahar walau cincin besi. Akhirnya Ali mempersembahkan baju besinya sebagai mahar, meski nilainya tidak sampai empat dirham.
Kehidupan rumah tangga Ali dan Fathimah jauh dari ada. Mereka sering menahan lapar karena tidak ada yang bisa dijadikan makanan. Keduanya manusia bergelimang kebijaksanaan dan tidak tergoda silau dunia. Senapas dengan isyarat Rasulullah dalam hadis qudsi, "Sesungguhnya Allah berfirman kepada dunia: Wahai dunia, siapa yang menghamba kepadamu maka jadikan ia hambamu, siapa yang menghamba pada-Ku maka jadilah engkau hambanya."
Rasulullah menempatkan keluarga Ali dan Fathimah pada kedudukan sangat mulia. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan surga kepada orang yang menzalimi ahli baitku, memerangi mereka, membenci, dan mencaci mereka."
Menjelang meninggalnya Rasulullah, Fathimah yang menunggu sang ayah sakit dibisiki 2 hal. Bisikan pertama membuatnya menangis, bisikan kedua membuatnya tersenyum. "Ayah membisikkan padaku bahwa beliau akan meninggal dalam penyakitnya ini, menangislah aku. Lalu beliau membisikkan bahwa aku adalah ahli baitnya yang pertama menyusulnya, maka tersenyumlah aku," kisahnya.
Benar saja, Fathimah meninggal berselang enam bulan dari kepergian Rasulullah. Ada riwayat mengatakan, sesaat sebelum meninggal, Fathimah mandi sendiri dan mengenakan pakaian barunya. Ia berpesan pada Ummu Salamah agar tak seorang pun memandikan dan mengafaninya. Ali sendiri yang menggendong jazad suci istrinya untuk dikebumikan. Tidak ada yang mengafanu dan memandikannya (Riwayat Ahmad dalam al-Manaqib).
Begitulah garis besar kisah hidup Fathimah, penghulu kaum perempuan di kalangan ahli bait dan penghulu perempuan di surga. Kepergiannya menyisakan kerinduan abadi.
Judul: Kerinduan Abadi untuk Fathimah Az-Zahra'
Judul asli: Az-Zahra' Qudwatan Wa Matsalan
Penulis: Ahmad Taisir Kaid
Penerjemah: M. Alaika Salamulloh
Penerbit: An Nuur
Cetakan: I, Oktober 2008
ISBN: 978-979-18066-0-2
Tebal: xxxii + 275 halaman
Judul asli: Az-Zahra' Qudwatan Wa Matsalan
Penulis: Ahmad Taisir Kaid
Penerjemah: M. Alaika Salamulloh
Penerbit: An Nuur
Cetakan: I, Oktober 2008
ISBN: 978-979-18066-0-2
Tebal: xxxii + 275 halaman
Get notifications from this blog
MasyaAllah kisahnyaa. Rencananya suamiku akan memberikan nama Fatimah jika anaknya nanti perempuan.
BalasHapusSemoga bisa meneladani akhlak beliau. Aamiin.