Tahun Baru Hijriyyah dan Momentum Berhijrah
Nabi Muhammad Saw akhirnya memutuskan untuk pindah ke Madinah setelah menerima perintah langsung dari Allah Swt. Berdakwah penuh tekanan di Makkah, baik secara fisik maupun mental selama kurang lebih 13 tahun lamanya, berbuah indah dengan sambutan masyarakat Madinah yang menyambut umat Islam Makkah dengan penuh rasa persaudaraan. Peristiwa besar ini dikenal dengan nama hijrah. Dan peristiwa ini juga akhirnya dijadikan patokan penanggalan Islam pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 639 M.
Sejarah Penanggalan Hijriyyah
Dikisahkan, suatu kali Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan surat kepada Abu Musa Al-As’ari, gubernur Basrah, bawahannya, tanpa mencantumkan tahun, hanya yang tertera bulan Syakban. Maka, kemudian ia mengusulkan kepada Khalifah Umar untuk menetapkan tahun kalender Islam.
Lalu Khalifah Umar merundingkan terkait usulan itu. Maka muncul masukan untuk patokan tahun pertama kalender Islam dihitung sejak kelahiran nabi, atau sejak wahyu turun, wafat Rasulullah dan hijrah Rasulullah. Akhirnya ditetapkan hijrah Rasulullah sebagai lambang tegaknya syariat Islam. Hal itu terjadi pada 16 Rabiul Awal tahun 16 Hijriyah, setelah 30 bulan pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Tahun baru pertama Islam terjadi pada 1 Muharram 17 Hijriyah.
Memperingati dengan Berhijrah
Tahun ini kita memasuki tahun baru islam, 1 Muharram 1441 H, bertepatan dengan tanggal 1 September 2019. Spirit apa yang bisa kita tangkap sebagai ibrah dengan adanya peringatan sejarah hijrah Rasulullah ini? Tentu kita tidak harus terlena dengan gegap gempita perayaan seremonial tahun baru, melainkan bisa menjadikannya momentum untuk bermuhasabah, sekiranya apa yang bisa kita perbaiki untuk menyambut tahun yang akan datang. Tepat rasanya, kita maknai tahun Hijriyyah dengan berhijrah.
Hijrah Ma’nawiyah
Dalam buku motivasi islami berjudul Hijrah Aja Dulu buah karya Fahdmaya yang diterbitkan Quanta yang saya baca ini, disebutkan bahwa hijrah, secara garis besar dibagi menjadi 2 macam: hijrah makaniyah dan hijrah ma’nawiyah.
Hijrah makaniyah adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat menuju tempat lain, seperti contohnya pindah Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Sedangkan hijrah ma’nawiyah adalah berpindah secara nilai. Dalam hal fisik tetap berada di tempat yang sama, namun secara nilai yang terkandung dalam kehidupan berpindah menuju kualitas yang lebih baik. (halaman 3-4)
Sejatinya, hidup adalah untuk terus bergerak agar tercipta keseimbangan. Hidup akan stabil jika kita terus bergerak. Bergerak dan berpindah bisa berarti meninggalkan, sebab jika jalan di tempat, sulit bagi kita untuk berubah lebih baik. Dengan berhijrah mungkin bisa membuat kita meninggalkan semua kenyamanan yang ada, kebiasaan-kebiasaan kita yang banyak mudharat daripada faedahnya. (halaman 6)
Hijrah Dulu, Istikamah Kemudian
Hijrah menuju kebaikan memang tidak mudah, dan lebih sulit lagi adalah istikamah. Tapi jangan karena takut tidak istikamah, kita beralasan untuk tidak mau hijrah. Sesuai judul buku ini, Hijrah Aja Dulu, karena istikamah bisa kita latih setelahnya. Fahdmaya memberikan kiat-kiat agar hijrah tidak gagal dan tetap bisa istikamah:
Pertama, berniat ikhlas ketika berhijrah, bukan karena tendensi dunia tetapi karena Allah semata. Kedua, Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang saleh. Ketiga, menguatkan fondasi dasar tauhid dan akidah yang kuat dengan mengilmu dan memahami makna syahadat dengan baik dan benar. Keempat, mempelajari Alquran dan mengamalkannya. Kelima, berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit. Dan yang keenam, sering berdoa dan memohon keistikamahan dan keikhlasan.
Beberapa kutipan dari buku ini mungkin bisa kita jadikan cerminan untuk berusaha istikamah dan bersabar menjalani proses hijrah kita:
“Siapa pun kita di masa lalu, bukan berarti tidak berhak menjadi muslim dan muslimah yang lebih baik. Berhijrahlah walau sejengkal demi sejengkal, jangan tunggu hari esok.”
“Masa lalu yang kelam jangan jadikan alasan untuk kamu tetap tinggal di sana, sebab masa depan kamu masih suci.”
“Di balik kata istikamah, ada perjuangan yang kuat, pengorbanan yang banyak, dan doa yang tidak pernah henti.”
Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 H.
Judul buku : Hijrah Aja Dulu
Penulis : Fahdmaya
Penerbit : Quanta (PT Elex Media Komputindo)
ISBN : 978-602-04-9606-1
Cetakan : Pertama, 2019
Tebal : vii + 172 halaman
Dimuat di portal Harakatuna edisi 1 September 2019 link klik di sini.
Get notifications from this blog
Salah satu hal baik yang perlu disegerakan selain menikah adalah hijrah, tak perlu menunggu nanti jika sudah siap hijrah maka bersegeralah sebelum luntur niatnya
BalasHapusBetul sekali, Mbak Priyani Kurniasari, hijrahlah sekarang juga. Istikamah akan mengikuti seiring ketulusan kita...
Hapus