Proses Kreatif Menulis KCP
Tanggal 7 September 2019, pada salah satu grup WhatsApp kepenulisan, saya menyimak sharing proses kreatif seorang penulis bernama Kartika Catur Pelita, yang biasa dipanggil dengan nama singkatan KCP. KCP selama ini menulis prosa dan puisi. Sudah menulis 700-an, dan 100 cerpen sudah dimuat di 50 media cetak lokal-nasional, dan daring. Media tersebut di antaranya: Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Republika, Koran Merapi, Koran Muria, Koran Madura, Okezone.com, SoeraMoeria.com, Bangka Pos, Koran Rakyat Sultra, Inilah Koran Jabar, Pikiran Rakyat Jabar, Haluan Padang, Kartini, Tabloid Genie, Tabloid Nova, Solopos, Minggu Pagi, Media Indonesia, Kompas.id.
Selain berkibar di media, KCP juga sudah menerbitkan novel Perjaka, kumcer Balada Orang-Orang Tercinta, dan novel Kentut Presiden. Sungguh, membuat tidak sabar ingin tahu bagaimana proses kreatif seorang KCP dalam menulis.
Sesi tanya jawab dibuka dengan pertanyaan salah satu peserta yang menyampaikan kendalanya dalam menulis cerpen. Ia merasa di awal terasa mengalir, konflik dapat, tapi ketika mau ending seolah kehabisan kata. Hinggga banyak cerpen yang menggantung. Adapun jika dilanjutkan terus, akhirnya ia tidak bisa berhenti. Hingga baru setelah 30 halaman baru ketemu ending. "Masa iya cerpen 30 halaman. Masuk novela pun tidak," begitu ia memungkas pertanyaan.
KCP lekas memberikan kiatnya, "Pangkas bagian yang tak diperlukan. Isi cerita atau konflik sampaikan secara padat, tak bertele-tele. Ending otomatis bisa ditemukan ketika cerpenis menggunakan rumus sederhana bagian sebuah cerpen: pembukaan, konflik, penutup."
Pertanyaan dari peserta lain, ia justru kebalikan dari penanya pertama. Ia seringkali menulis cerpen dan baru 500-700 kata sudah berhenti. 1000 ribu kata baginya terasa terlalu bertele tele. Padahal setahunya, standar cerpen koran koran itu 1000 kata lebih.
KCP mengingatkan, bahwa standar cerpen Indonesia 8000-10.000 cws (1000-13.000-an kata). Perkembangan terbaru, koran Kedaulatan Rakyat 'hanya' menerima cerpen 2500 cws.
"Bertele-tele bisa dipengaruhi faktor teknik dalam menyampaikan sebuah kisah. Pemilihan PoV yang tepat bisa mengembangkan sebuah cerpen tanpa bertele-tele tapi bisa memenuhi persyaratan jumlah karakter. Tak semua cerpen harus memenuhi jumlah cws persyaratan media. Jika memang sebuah cerpen harus selesai dalam 700 kata, ya, sudah. Ending selesai," kata KCP. "Sebagai cerpenis terkadang saya menulis cerpen hingga 15.000 cws. Padahal hendak saya kirim ke Kompas, yang maksimal 10.000 cws. Jalan keluarnya, saya kudu tega memapras hingga cerpen 'tinggal' 10.000 cws."
KCP memberikan contoh salah satu cerpennya yang berjudul Darah Daging, yang dimuat Haluan, Padang. Naskah awal sepanjang 10.000 cws atau 13.000-an kata. Karena persyaratan teknis cerpen di Haluan, 1000 kata, maka KCP papras, sunting hingga hanya tinggal 1000 kata. "Dikirim ke Haluan, alhamdulillah lolos. Honor 100 ribu, tapi belum saya tagih hingga hari ini," katanya menyayangkan.
Penulis yang dalam kurun 2008-2019 bisa menembus 50 media cetak ini juga mengatakan bahwa jika sudab terbiasa menulis cerpen koran maka otomatis otak kita bisa memrogram jumlah karakter cerpen yang kita tulis, 8000-12.000.
Diskusi terus berlanjut. Menurut KCP, penulis itu profesi paling seksi. Penulis bisa masuk ke sepenjuru lini kehidupan. Sebagai salah satu pemenang lomba menulis cerita anak PAUD, Kanal PAUD 2016, ia dapat tiket pesawat, di Jakarta, menginap di hotel, dapat uang hadiah plus saku. Diundang di Anugerah PAUD 2016, bersua Ibu Iriana Jokowi, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, dan Menteri Pendidikan Kebudayaan Muhadjir Effendi.
"Saya juga menulis cerita anak. Peluang naskah cerita anak sangat besar. Jika pun media yang memuat terbatas, maka mengirim naskah buku anak ke penerbit, semisal Buana Ilmu Populer, Dar! Mizan, Indiva, sangat menjanjikan," kisahnya.
Penulis itu harus berani. Berani menuangkan ide, pemikiran, angan-angan, impian, bahkan khayalan jorok. "Dulu awal-awal menulis cerpen saya menulis cerpen semau gue. Mau diksi kasar, sarkas, porno. Pernah gara-gara menulis rangkaian diksi: bulu-bulu ketek meranggas berguguran seperti daun kering, bla, bla. Seorang pembaca marah dan membuang buku kumcer yang memuat antologi cerpen, salah satunya cerpen saya yang dianggapnya porno," kenangnya. "Padahal cerpen tersebut bergenre humor, saya pikir enggak sebegitunya porno. Ternyata ada pembaca yang menganggap diksi ketek itu porno, najis. Duh...."
Salah seorang peserta yang mengaku tengah belajar, merasa masih awam dalam tema-tema sosial dan bagaimana cara menemukannya.
"Pengarang memiliki mata, telinga, rasa, yang berbeda dengan bukan pengarang. Belajar lebih peka pada 'kehidupan' di sekitar kita. Kita akan menemukan tanpa harus mencari," kata KCP.
Sekali lagi KCP mengatakan, bahwa penulis harus berani. Jika di sekitar kita ada peristiwa unik, atau membaca hal-hal menarik memantik ide, langsung kerjakan, tulis dalam bahasa kita, semampunya. Penting tulisan/cerpen kelar. Setelah itu endapkan, kemudian proses perbaikan, penyuntingan naskah.
KCP juga memberi kiat agar bisa bikin ending menohok, yakni rajin nulis cerpen berkali-kali. "Saya baru menemukan ending ala Pecel, Cucur, atau Turun Ranjang, setelah saya nulis ratusan cerpen. Berpikir 'di luar pembaca' dan 'tega' itu sebagian tips yang bisa dipelajari."
Pecel adalah cerpen KCP yang dimuat Suara Merdeka, tapi honor hingga sekarang belum turun. "Ini sisi menyedihkan seorang penulis," katanya.
Penulis yang bisa dihubungi via Facebook Kartika Catur Pelita Pelita atau Instagram @kartikacaturpelita ini juga memberikan kiat membuat nama tokoh yang tidak pasaran. Nama tokoh hendaknya disesuaikan dengan karakter dan cerita yang kita tulis. Tipsnya, berani dan kreatif. Berani ciptakan tokoh dengan nama unik, semisal nama makanan, nama buah, nama sayuran.
"Saya pernah memberi nama tokoh cerpen Cucur (cerpen Cucur), Salome (cerpen Begenggek), atau Kuat dan Limanov (5 November) dalam novel Perjaka. Pernah juga memberikan nama wayang pada semua tokoh seperti Larasati dan Abimanyu di cerpen Lebaran Tanpa Suami yang dimuat Nova edisi Lebaran 2012," kisahnya. "Mengapa nama unik -sesuai konteks cerita- perlu diciptakan? Supaya nyantol ke benak pembaca."
Penulis yang berasal dari Kota Ukir Jepara ini lalu membahas tentang pembuatan judul. Menurutnya, setiap penulis memiliki tips, kesukaan, maupun kemantapan yang bersumber pada kemampuan mereka dalam mengolah diksi. Judul yang singkat, cukup 1 kata, sama kuatnya dengan judul yang panjang bahkan kadang pembaca bisa mengingatnya. "Artinya, jangan ragu-ragu dalam membuat judul. Pengalaman saya dalam nulis cerpen biasanya menciptakan dulu judul ala kadarnya. Penting judul mewakili isi cerita. Semisal judul cerpen Kabut Api yang dimuat Republika (silakan baca di web Lakon Hidup). Cerpen ini semula berjudul Perempuan yang Tergila-gila Membeli Baju Baru. Saya kirim ke 1-3 media tak lolos. Saat itu di koran ramai berita kabut asap akibat kebakaran hutan. Nah, saya kepikiran mengubah judul menjadi Kabut Api. Judul bawa hoki, cerpen dimuat Republika, hehe," katanya seraya melepas tawa ringan.
Salah seorang peserta bertanya tips supaya bisa mantap dapat ide untuk menulis. Ada yang bilang, ide itu ada di mana-mana, tapi ia merasa susah ketemu.
"Tipsnya ada pada diri penulis itu sendiri, Masbro. Sekuat apa motivasimu menulis, maka sekuat itu pula hasilnya," jawab KCP.
Ia melanjutkan, "Beberapa teman penulis ada yang memilah-milih ide dalam menulis. Saya pribadi sih melepaskan semua indra dalam menekuni dunia menulis. Cita-cita saya jadi penulis. Kekuatan dan keyakinan itu melambari hingga saya bisa menangkap ide, mengubahnya dalam wujud tulisan."
KCP memberi permisalan, bahwa dalam hidup, tentu pernah mengalami masa kanak-kanak, maka tulislah cernak. Pernah remaja, maka menulis cerpen remaja. Sudah dewasa, paruhbaya, maka kita coba menulis cerpen tentang kehidupan masa-masa sepuh. Cerpen-cerpen diwarnai aroma bahagia, ria, duka, tawa, tragis, tangis, luka. Begitulah alun kehidupan yang dicerminkan pada cerpen atau fiksi yang ditulisnya.
"Ada masa-masa dulu, saya iri ketika melihat karya teman dimuat di media ini, media itu. Iri saya iri positif. Saya belajar, semakin banyak membaca karya sastra, memperbaiki tulisan. Khususnya kaidah penulisan naskah cerpen sesuai PUEBI. Belajar menulis kata pengantar dalam mengirim cerpen. Memperhatikan hal teknis. Jumlah karakter, spasi, jenis huruf, margin. Ternyata banyak ilmu yang dimiliki penulis, dan orang awam tak tahu. Termasuk saya yang masa itu penulis pemula, tak punya guru. Hal ini yang kelak mendorong saya dan teman-teman penulis Jepara untuk mendirikan komunitas Akademi Menulis Jepara(AMJ) pada 10 Januari 2015. Alhamdulillah, hingga 2019 ini komunitas masih jalan, pelatihan setiap Sabtu, pukul 14.00-16.00 WIB," kisahnya.
Saat ditanya terkait jam atau waktu produktif menulis, KCP menjawab bahwa semua jam/waktu produktif. "Sejak terjun menulis sebagai profesi, kapan pun waktu dibikin produktif."
Terakhir, seorang peserta bertanya kiat mengatasi saat mendek atau writers block. "Cara menghadapi writers block: nonton yang seger-seger dulu," jawabnya ringan.
Banyak sekali ilmu yang bisa diambil dari obrolan bersama KCP. Bagi kamu yang penasaran pengin baca tulisan-tulisan bermutu karya KCP bisa googling saja, Kartika Catur Pelita, atau berkunjung ke blog pribadinya: http://kartikacaturpelita.blogspot.com/. Salah satu cara efektif belajar menulis adalah membaca karya yang sudah ada.
Yuk, geliatkan lagi semangat menulis kita!
Get notifications from this blog
Sip. Terima kasih, ilmunya
BalasHapusSama-sama, Pak. Saya sekadar sharing obrolan.
HapusIlmu banget inih. Izin copy ya Mas, tak save di Memo😁 jadi kepengen gabung grup WA-nya juga🙊
BalasHapusSilakan...
HapusTerima kasih Mas sharing ilmunya...
BalasHapusSama2...
HapusIlmu baru..tulisannya bisa sepanjang ini kak, keren ��
BalasHapusIya ya. Pas ngobrol aja gak kerasa lamanya.
HapusMaturnuwun Pak
BalasHapusSami2... :)
HapusKakak Saya akan sering2 nongol keblog kakak banyakin ya kk konten menarik tentang teknik menulis 😄
BalasHapusSemoga bisa sering sharing ya...
HapusWah, mantap! Sharing dg penulis senior itu selalu membuka wawasan, keren 😆
BalasHapusIya, semoga ketularan produktifnya...
HapusWah bagus banget ini buatku yang selalu gagal nulis cerpen karena terlalu panjang.. tapi mo dibuat novel masih kurang panjang.
BalasHapusMakasih sharingny kak.
Sukses selalu Mbak Marita...
Hapusx-) ilmu yang sangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah Mas... :)
HapusBermanfaat sekali bagi saya yang masih pemula
BalasHapusAlhamdulillah...
Hapussave dulu ah, hehehe... ntar dibaca serius...
BalasHapusDan melangkah menulis dengan lebih serius lagi...
HapusWaah, hebat hebat. Untuk jadi orang hebat butuh ratusan bahakan ribuan kali ya.
BalasHapusButuh kegigihan dan ketekunan. Semangat belajar terus.
Hapusterima kasih sudah berbagi. aku juga ingin jadi penulis.
BalasHapusDengan ketekunan semoga kesampaian jadi penulis...
HapusTerimakasih ilmunya..
BalasHapusSama2...
HapusBermanfaat sekali kak tulisannya. Selvi tunggu ya kak postingan selanjutnya. hiiii
BalasHapusAlhamdulillah bermanfaat.
HapusSangat ingin membuat cerpen, tp selalu mentok d klimaksny atau endingnya, semoga bisa kesampaian menulis cerpen stlh membaca tulisan ini 😊
BalasHapusAamiin... Asah terus...
HapusMasyaallah, baca ini gak terasa udah sampai ending aja. Terima kasih untuk tulisannya, Mas. Sangat memberikan motivasi buat belajar lagi.
BalasHapusSemangat terus ya...
Hapus