Ajaran Hidup Menyejukkan dari Habib Syech
Ia tak pernah memakai kekerasan, tapi menggunakan pendekatan persuasif, dengan cinta dan kasih sayang, membaur tapi tak melebur.
Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, hadir menjadi rahmat bagi seluruh alam. Risalah yang dibawa Rasulullah Muhammad Saw ini menjadi ajaran dengan pengikut yang sangat besar dan tersebar di segenap penjuru dunia.
Diterimanya Islam di seluruh dunia tidak lepas dari perjuangan dakwah yang mengedepankan pendekatan halus melalui akhlakul karimah yang dicontohkan oleh Nabi sendiri. Untuk Indonesia kita dapat melihat contoh sosok Habib Syech.
Adalah Habib Syech bin Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf, seorang ulama pembina umat yang kharismatik dan fenomenal dari Solo, Jawa Tengah, mencontoh cara dakwah Nabi yang penuh kasih sayang. Kecintaannya pada Rasulullah Saw melahirkan rasa peduli yang tinggi pada masyarakat yang menginspirasi dalam berdakwah. Habib Syech mengajak umat mencintai Islam, meneladani sang junjungan, melembutkan hati, dan memperbaiki diri sehingga menjadi manusia unggulan yang paripurna.
Penyejuk Bagi Masyarakat
Ahmad Zainal Abidin dalam bukunya, Habib Syech; Indonesia Bershalawat, Indonesia Selamat, yang diterbitkan Penerbit Laksana, mengajak kita mengenal sosok kondang ini. Pada Bab 1, penulis memperkenalkan Habib Syech yang lahir di Solo, 20 September 1961, dari pasangan Abdul Qadir bin Abdurrahman dan Bustar binti Umar al-Qaziri. Kedalaman ilmu yang ia miliki adalah hasil belajar pada sang ayah, dan juga berguru pada pamannya, Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf. Selain itu Habib Syech juga belajar pada Habib Muhammad Anis bin Alwi al-Habsyi.
Habib Syech adalah imam Masjid Assegaf di Pasar Kliwon kota Solo. Dalam berdakwah, ia menggunakan media syi’ar shalawat dengan niat yang tulus dan penuh cinta. Terhitung dakwahnya dimulai sejak tahun 1980, diawali dengan mengikuti kegiatan masyarakat kemudian menggelar pengajian di rumahnya sehingga tumbuh menjadi penyejuk bagi masyarakat.
Habib Syech mudah diterima oleh masyarakat Solo, karena ia mampu memahami kondisi psikis masyarakat. Ketika mengadakan pengajian, ia kerap menguraikan beberapa ayat Alquran yang kemudian ditambah dengan beberapa hadits yang bisa dijadikan teladan bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Tentu persoalan yang dibahas tidak melangit, tetapi selalu berkaitan dengan laku hidup sehari-hari, seperti akhlak dan ajaran-ajaran hidup luhur lainnya. (halaman 17)
Dakwah Laku Hidup
Apa yang disampaikan dalam dakwah, ia jadikan sebagai laku hidup. Saat menyampaikan pentingnya shadaqah, maka ia adalah sosok yang sangat dermawan. Saat menyampaikan pentingnya membantu dan mengasihi yang lemah, maka ia praktikkan aksi sosial untuk masyarakat yang membutuhkan. Kedalaman ilmu dan keselarasan antara perkataan dengan perbuatan, ilmu dan amal, menampilkannya menjadi sosok kharismatik.
Habib Syech menyerukan ajaran hidup agar menjadi manusia yang berakhlak. Dalam suatu kesempatan pengajian akbar, ia pernah menyampaikan: “Banyak manusia yang punya ilmu, tetapi tidak punya akhlak. Hal semacam itu akan percuma. Akhlak orang Indonesia sekarang sudah sangat buruk, maka saya serukan kepada para pejabat, aparat, dan rakyat, marilah kita contoh akhlak Nabi Muhammad Saw. Aturan yang paling tepat untuk menyelamatkan bangsa Indonesia adalah mengikuti ajaran Muhammad Saw.”
Habib Syech juga sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan perdamaian. Ia selalu menebar senyum kepada siapa saja. Setiap orang yang menjumpainya maka senyum sumringah dan kebahagiaan terpancar dari wajahnya. (halaman 46)
Ajaran Habib Syech selanjutnya, yang menjadi laku dalam hidupnya, adalah semangat yang gigih dalam berdakwah. Kata malas dan lesu sudah tak ada dalam kamus hidupnya. Seluruh aliran darah berkobar semangat untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh umat dengan cara bershalawat dan berdakwah.
Berdakwah dengan Cinta dan Kasih Sayang
Habib Syech juga memberikan teladan bagaimana memberantas kemungkaran dengan cinta. Ia tak pernah memakai kekerasan, tapi menggunakan pendekatan persuasif, dengan cinta dan kasih sayang, membaur tapi tak melebur. Banyak preman berhasil dientaskan tanpa harus caci maki, tanpa teriakan takbir, tanpa pukulan, dan tanpa pertumpahan darah.
Menekuri buku setebal 256 halaman ini, maka kita akan mendapat suntikan semangat baru dalam berdakwah. Bagaimana mengedepankan kasih sayang tanpa kekerasan. Keteladanan Habib Syech menjadi contoh yang nyata, yang bisa kita ambil ibrahnya. Islam datang membawa kedamaian, menyejukkan hati pemeluknya. Begitulah keindahan Islam yang dapat kita tampilkan dalam hidup kita, baik dalam pergaulan sesama muslim, juga dalam kebersamaan dengan umat beragama lain, untuk mendukung persatuan berbangsa dan bernegara.
Tulisan yang disusun oleh Ahmad Zainal Abidin ini dilengkapi juga dengan bacaan Qasidah Burdah dan Simtud Durar, lengkap dengan terjemahnya pada Bab 7. Habib Syech dengan metode dakwahnya yang membumikan shalawat bisa diterima dengan baik oleh umat, diinternalisasi, dan dijadikan laku hidup bermasyarakat. Selamat membaca.
Judul buku : Habib Syech; Indonesia Bershalawat, Indonesia Selamat
Penulis : Ahmad Zainal Abidin
Penerbit : Laksana
ISBN : 978-602-407-557-6
Cetakan : Pertama, 2019
Tebal : 256 halaman
Dimuat di web Harakatuna edisi 15 September 2019, link: https://www.harakatuna.com/ajaran-hidup-menyejukkan-dari-habib-syech.html
Get notifications from this blog
MashaAllah
BalasHapusMasuin ke list bacaan gih 😍
Yuk larisin, mbak...
HapusGreat readding your blog
BalasHapus