Warung Sebelahan
Lady Cempluk dan suaminya, Jon Koplo, sedang di Stasiun Solo Jebres. Keduanya hendak pergi ke Malang untuk sebuah keperluan. Keduanya menunggu jam keberangkatan kereta api yang hendak mereka naiki, yang sesuai jadwal tertera di tiket akan berangkat lewat dini hari. Dari sejak pukul sembilan malam, mereka sudah tiba di stasiun.
“Mas, saya mau beli air mineral dulu ya, tadi lupa enggak bawa,” kata Cempluk.
“Berani beli sendiri, ta?” tanya Koplo yang sedari tadi asyik berbalas chat di gawainya.
“Berani lah. Wong cuma di depan stasiun.”
Lady Cempluk lekas keluar dari ruang tunggu di depan loket tiket. Hanya menyeberang jalan, di situ berjejer kios Pasar Jebres. Sebagian besar kios sudah tutup. Cempluk hanya melihat sebuah warung kelontong yang masih berjualan. Rupanya si pemilik menyewa dua kios bersebelahan untuk mencari rezeki.
Cempluk segera mengambil dua botol air mineral yang dipajang di sebelah depan bersama minuman botol lainnya, dekat box es krim. Kemudian ia hendak membayar, tapi tidak menjumpai penjualnya. Ia melongok ke dalam kios yang terhalang etalase. Rupanya si penjual, sebut saja Tom Gembus, sedang ketiduran di atas tikar di kios sebelah yang disewanya.
“Pak, beli minuman.” Cempluk mencoba membangunkannya. Untung Gembus lekas terjaga. Setengah sadar ia segera berdiri. “Niki pinten, Pak?” tanya Cempluk sambil menunjukkan dua botol air mineralnya.
Tom Gembus menyebutkan harga, dan Cempluk lekas membayarnya. Setelah membayar, Cempluk bergegas meninggalkan warung itu.
Tom Gembus kemudian mengambil stok air mineral dari dus di dekatnya untuk ditaruh di depan menggantikan dua botol yang dibeli Cempluk. Ia terkejut saat pajangan botolnya masih utuh.
Cempluk sudah menyeberang ke pintu masuk stasiun saat ia merasa dipanggil orang dari belakang. “Mbak, Mbak…. Berhenti dulu, Mbak.”
Cempluk menoleh dan melihat Tom Gembus berlari kecil ke arahnya. “Ada apa, Pak?” tanya Cempluk heran.
“Maaf, tadi Mbak ambil minumannya di mana?”
“Lho, saya sudah bayar, Pak.” Cempluk agak terkejut dengan pertanyaan Gembus.
“Iya, maksud saya, itu tadi Mbak ambil di warung saya atau sebelah saya?”
Cempluk belum paham maksud Tom Gembus. Ia segera menunjuk ke kios. “Saya ambil di pajangan situ, Pak.”
“Itu dia, Mbak. Maaf sekali, itu dagangan warung sebelah. Bukan warung saya.”
Cempluk melongo. “Jadi, itu beda warung, ta, Pak?”
“Iya, yang sebelah beda yang jualan. Mbak tadi bukan ambil di warung saya.”
Cempluk baru ngeh, ternyata Tom Gembus bukan menyewa dua kios untuk warung, tapi hanya satu. Dan ia tadi memang ambil air minum di warung sebelahnya. “Maaf, kalau begitu saya salah ambil.”
Akhirnya Cempluk kembali ke warung Tom Gembus, mengembalikan dua botol ke warung sebelah, dan ganti ambil dua botol minuman dari warung Tom Gembus. Jebul pemilik warung sebelah baru ke kamar kecil, sehingga terkesan dua kios itu satu pemiliknya.
Cempluk senyum-senyum sendiri saat berjalan ke stasiun. Dikejar si bapak kirain ada apa, batinnya.
Sabtiyaningsih
Sidowayah RT 01 RW 06 Ngreco, Weru, Sukoharjo 57562
Dimuat di koran Solopos edisi 8 Agustus 2019
Get notifications from this blog
Lucu juga ya kalau cerita sehari-hari begini dinarasikan ����
BalasHapusMakanya, ayo ditulis biar orang lain ikut senyum.
Hapus