Bersua Tuhan di Negeri Beton
Judul : Nikmat Bersua dengan-Mu
Penulis : Nur Musabikah
Penerbit : PT Elex Media Komputindo (Quanta)
Tahun : I, 2019
ISBN : 978-602-04-9023-6
Tebal : xvi + 164 halaman
TENAGA Kerja Indonesia (TKI) adalah WNI yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah (Buku Panduan TKI, 2014).
Dalam perkembangannya, penyebutan TKI ada bermacam-macam, seperti Tenaga Kerja Wanita (TKW), Buruh Migran Indonesia (BMI) atau Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Sebelum menjadi TKI terutama di sektor informal/rumah tangga (baca: pekerja rumah tangga), mereka harus mengikuti pelatihan skill yang diadakan oleh PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia) dan BLK (Balai Latihan Kerja) selama sekitar 4 bulan di penampungan.
Mereka harus belajar bahasa negara tujuan dan menguasai skill kerja seperti masak masakan china, cara menjaga lansia dan bayi, juga cara menggunakan peralatan modern yang nantinya akan dijumpai di rumah majikan. Lalu menjalani proses Pelatihan Akhir Pemberangkatan (PAP) sebagai persiapan mental sebelum bekerja di luar negeri. Juga sharing tentang cara mencegah stress di lingkungan baru dengan musim, budaya, dan adat yang jauh berbeda dengan kehidupan di Indonesia.
Buku ini menyajikan pengalaman penulis dari sejak berangkat ke HongKong, menunggu dapat majikan di kantor agen, interview langsung dengan calon majikan, bergonta-gantinya majikan baik karena kontrak habis atau pun adanya pemutusan kerja sepihak dari majikan.
Pada awal bekerja, TKI tidak sepenuhnya menerima gaji utuh karena harus dipotong untuk pengganti biaya hidup selama di penampungan hingga pemberangkatan.
Pengalaman Nur Musabikah, selama 7 bulan gajian dipotong HK $3.000 dari gajinya yang HK $3.750. Jadi selama 7 bulan ia hanya menerima HK $750. Masalah yang sering muncul adalah kesulitan melaksanakan salat 5 waktu, mengenakan jilbab, dan puasa Ramadan karena hidup di negara non muslim. Komunikasi yang baik dengan majikan sangat diperlukan, terlebih jika bisa ada perjanjian di awal kontrak.
Selain permasalahan umum dunia TKI Hong Kong, penyajian tulisan yang mengalir dalam buku ini, membuat pembaca dapat merasakan keseharian di sana. Menikmati liburan di hari Minggu dalam berbagai acara dan tempat rekreasi.
Nur Musabikah merasakan keberadaan Allah Swt yang selalu menjaganya selama berada di negeri orang, jauh dari keluarga. Di sela kesibukan kerja, ia bisa bergabung dengan komunitas TKI dengan pelbagai kegiatan. Bisa disebut, buku Nur Musabikah ini adalah oleh-oleh selama jadi buruh migran di Hong Kong. n-g*
Wakhid Syamsudin, Ketua umum komunitas menulis One Day One Post (ODOP).
Dimuat di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat edisi Minggu, 5 Mei 2019
Get notifications from this blog
AKu nggak beli bukunya. Tapi membaca resensinya, hmm agak miris ya. tapi pastinya semua hal butuh perjuangan. Salut sama mbak Nur, yang sudah mampu menerbitkan buku di Quanta.
BalasHapusBetul mbak, segalanya butuh perjuangan, ada rintangan dan risiko yang harus dihadapi.
HapusKisah nyata atau pengalaman pribadi selalu lebih 'terasa', ya👏👏👏
BalasHapusBetul sekali, Mbak Nio... :)
HapusResensinya simple tapi mewakili keseluruhan buku. Keren bapak Suden
BalasHapus