Rindu Kampung
Rindu Kampung
dalam damai
terhirup aroma padi disemai
yang dulu lalai
kini selalu terkenang, aduhai
saat kumandang asar di surau
langkah petani antara galau
biji padi sudah semanis dikau
pipit menggoda terbang dihalau
angin berdesau
mengabarkan rindu perantau
Rindu Surau
saat kecil belajar mengaji
alif sampai ya dalam eja
di surau kampung berdinding suram
berlentera dian tak kunjung padam
kapur tulis berdebu
patah kecil satu-satu
papan hitam menjadi putih
berpindah ke tangan pipi
di sana di surau itu
yang kini tak terurus lagi
pernah bertumbuh diri ini
dalam balut ilmu dan budi
Rindu Ibu
jauh
tapi hati ini sedekat saat menyusu
tanpa ada jarak ruang dan waktu
kilatan air mata saat berpamit padamu
saat diri ini hendak pergi dulu
menyayat kalbu
suaramu mendendang bertalu
dalam jiwa rapuhku
memanggil kepadamu
seperti burung terbang
ia akan kembali ke sarang
pada waktunya
pada waktuku
Rindu Kamu
tergugu saat kenangan tak bisa hilang
serasa dikau ada di sisi menemani
dalam kepedihan suka duka
menyanyikan lagu tentang cinta
betapa aku tidak mampu
seperti pungguk saja saat terjauh darimu
dikau serupa bulan di angkasa raya
jauh dan tak tergapai
tapi aku rindu
aku janji kembali
kembali aku berjanji
padamu
Dimuat di Harian Analisa, edisi 27 Maret 2019
Pada edisi 10 April 2019, puisi-puisi tersebut diapresiasi oleh Redaktur. Berikut screenshot-nya:
Get notifications from this blog
Sugoooiiiii....
BalasHapus:P
HapusSenangnya tulisan bisa dimuat di media. Mas wakhid kereeen
HapusNtaaps euy! Daleem bgt
BalasHapus