Rambu Pemaknaan Ulang Karya Ala Farrahnanda
Sebenarnya ini resume dari Kelas Fiksi komunitas ODOP batch 6 pada Minggu, 23 Desember 2018 silam. Ketika itu, Aa Yoga Palwaguna menghadirkan Mbak Farrahnanda sebagai bintang tamu, sharing terkait dunia kepenulisan yang digelutinya.
Mbak Farrah adalah editor freelance di Penerbit Basabasi. Obrolan sarat ilmu ini diawali dengan pancingan Aa Yoga bahwa ia sering mengalami, ketika sedang menikmati sebuah karya, tiba-tiba mendapatkan inspirasi untuk membuat sesuatu berdasarkan karya itu. Nah, sejauh manakah itu bisa kita lakukan, agar tidak terjebak plagiat. Rambu-rambu apa aja yang mesti diperhatikan.
"Pertama-tama, mari sadari bahwa karya hanyalah seonggok teks/gambar/audio/gambar bergerak tanpa adanya pemaknaan dari pembaca/penonton/pendengar," Mbak Farrah memulai jawabannya. "Kata-kata yang aku tulis ini pun hanyalah teks tak bermakna, kalau tak ada pembaca yang berusaha memaknai maksud di balik kata-kataku ini."
Menurut pengasuh Klub Buku Yogya periode 2017-sekarang ini, orang-orang yang membuat karya itu mempunyai tanggung jawab sebatas pada karya tersebut, bukan pada pemaknaan orang lain terhadap karya mereka. "Sementara kita tahu, ratusan atau ribuan penikmat karya tersebut, pastilah terisi dari referensi yang berbeda. Misal, ketika membaca kata 'bunga', seorang anak ekonomika/bisnis bisa saja lsg membayangkan bunga (rate) dalam bentuk persentase, sedangkan anak agrikultur membayangkan sebenarnya bunga. Jadi, pemaknaan kata bunga tadi jelas tidak bisa seragam. Dengan asumsi kata tersebut tidak diawali atau diakhiri kata lain dan tidak dalam konteks tertentu."
Keragaman pemaknaan inilah yang membuat sebuah karya akan lebih hidup lagi jika mendapat respons dari pembaca/pendengar/penonton, dalam bentuk apa pun. Bisa dalam bentuk kritik, resensi, atau pembuatan karya serupa.
"Pemaknaan ulang ini bisa dalam macam-macam bentuk. Ketika menulis ulang cerita Sangkuriang dengan membuat cerita tersebut jadi relevan dengan konteks zaman, ini juga bisa disebut pemaknaan ulang," kata Mbak Farrah lebih lanjut, "Apakah ini diperbolehkan? Apakah tidak melanggar hak cipta? Lalu, apa bedanya dengan plagiat?"
Penulis buku Partitur Dua Musim terbitan DeTeens ini menyampaikan bahwa ada banyak pendapat tentang plagiarisme dalam berkarya. Menurutnya, plagiat hanya bisa distempel ke sebuah karya ketika tidak ada usaha untuk melakukan pemaknaan ulang atas karya tersebut. "Misal, jelas-jelas copy-paste sama persis. atau hanya mengubah susunan adegan tapi inti cerita tidak ada yg berubah. Inilah plagiat," tandasnya.
Mbak Farrah menegaskan memang tidak ada yang benar-benar baru di dunia ini. Secara sadar atau tidak sadar, kita pasti pernah melakukan repetisi atau pengulangan atas karya lain, apalagi yang jelas cukup memukau bagi kita. "Ini sebetulnya beda bahasan, tapi karena relevan, bisa kuambil sebagai contoh. misal: Life of Pi pun konon terinspirasi cerita dari penulis lain yang justru kalah pamor dari Life of Pi. Garis besar kedua cerita tersebut mirip, tidak disebutkan sebagai karya plagiat tapi kita tahu kalau referensi Life of Pi adalah karya tersebut," jelasnya panjang-lebar.
Kasus semacam ini masih dalam perdebatan. Menurut Mbak Farrah, ketika kita meminjam cerita seperti ini kemudian mengganti nama tokoh dan latar tanpa ada usaha pemaknaan ulang, ini yang tidak bisa dibenarkan.
Setuju tidak setuju, beberapa karya baik mempunyai kecenderungan utk memantik respons penonton/pembaca/pendengarnya. Tapi karya yang tidak menginspirasi pun belum tentu itu tidak baik, bisa aja saking baiknya suatu karya satu-satunya cara meresponsnya adalah dengan membiarkan karya tersebut sebagai apa adanya.
"Pokoknya begini saja," ia menyimpulkan. "Selama yang dibuat merupakan hasil pemaknaan ulang, karya tersebut jelas bukan plagiat. Ranah selain itu masih diperdebatkan."
Penjelasan yang cukup mencerahkan. Ilmu yang dibagikan Mbak Farrah sangat bermanfaat. Sukses selalu, ya, Mbak. Semoga semangat Mbak pun menjadi inspirasi bagi siapa saja. Bagi teman-teman yang ingin kenal Mbak Farrahnanda lebih dekat bisa kepoin Twitter dan Instagram-nya, @farrahnanda. Atau kulik saja blognya, http://farrahnanda.blogspot.com. Kalau mau belajar menulis dengan membaca karyanya, teman-teman bisa baca buku-buku Mbak Farrah yang sudah terbit: Alles Liebe (DeTeens, 2013), Beautiful Nightmares (DeTeens, 2013), Perfection (Ice Cube, 2015), dan yang terbaru Konstelasi dan Cerita-Cerita Lain (Basabasi, September 2018). Siapa tahu, bisa mengikuti jejaknya.
Get notifications from this blog
dokumentasinya rapi, pak ketua. Salut.
BalasHapusMateri penuh gizi gini teramat sayang kalau dibuang, Kasaki. :)
HapusNice post pak. Langsung share.....
BalasHapusNice post pak. Langsung share.....
BalasHapusNice post pak. Langsung share.....
BalasHapusSilakan, mas...
HapusWihh makasih ya pak ketua. Baca sambil manggut2.
BalasHapusManggut2 ngantuk atau paham nih?
HapusWihhh mantap.. aku langsung nengok bintang" kmrn di grupnya
BalasHapusNengok atau ndongak? Bintang kan di langit, Mas...
Hapusdaging nih
BalasHapusEnak dong buat sarapan.
Hapusmantap bener nih ilmunya
BalasHapus(h) (h)
Hapusmakasih mas Wakhid, dapet ilmu gratis nih, menverahkan
BalasHapusSemoga pahalanya ngalir juga ke mbak farrah.
Hapusterimakasih udah di resume. Pas acara itu, aslinya saya nggak paham pembahasannya
BalasHapusNah, sekarang sudab paham kan mbak? Hehe
HapusIlmu bagus, terima kasih sharingnya om
BalasHapusSama2
Hapus