Kacamata Mesra
Bulan Zulhijah memang identik dengan ramainya orang punya hajat, tarup di sana-sini. Jon Koplo dan Lady Cempluk sampai kecapaian jagong menghadiri undangan yang jumlahnya cukup lumayan. Suatu sore, pasangan suami-istri muda warga Weru, Sukoharjo, itu bersiap berangkat ke hajatan warga desa sebelah. Jon Koplo mengeluarkan motor bututnya, sang istri masih menyelesaikan dandanannya. Keduanya mengenakan batik sarimbit agar tampak kekompakannya.
Koplo mengambil kacamata minusnya yang tadi ditaruh di ruang tamu, lalu menaruhnya di saku baju batiknya.
"Bune, lama amat dandannya. Keburu malam hlo!" serunya.
Tak lama kemudian, Cempluk keluar dari kamar dan langsung menuju motor. Koplo lekas menyetarter motornya.
Cempluk yang lagi merasa dandanannya cantik, berpegangan dengan melingkarkan tangan memeluk suaminya dari belakang. Biar kelihatan mesra, batinnya.
"Pegangannya jangan kenceng-kenceng gitu," Koplo malah protes, "Kacamataku di saku baju, awas kalau nanti kesenggol jatuh!"
Agak jengkel, Cempluk melepas pegangannya. Saat itulah, Koplo melihat ke saku baju dan tidak menjumpai kacamatanya. "Wadhuh, Bune? Kacamataku beneran jatuh ta?"
Mangkel, Koplo berniat memutar arah motor untuk mencari kacamatanya. "Muter dulu, mumpung belum jauh, jatuh di mana kacamataku," katanya ngedumel.
Cempluk merasa bersalah juga meskipun ia tidak merasa menjatuhkan kacamata suaminya. Koplo sudah memelankan laju motor dan hendak belok, ia menoleh ke belakang. Justru saat itulah Cempluk jadi jengkel melihat kacamata Koplo yang nangkring di atas batang hidungnya.
"Kacamata dipakai kok bilang jatuh, Pakne! Nyari gara-gara saja sampeyan ini!" Cempluk meluapkan rasa kesalnya.
Koplo baru sadar kalau ia memang memakai kacamatanya. Jadi malu sendiri jadinya.
"Woalah, ya maaf, Bune. Lha aku lupa kalau kacamatanya sudah tak pakai..." sesalnya.
Cempluk yang cemberut. "Makanya, apa-apa jangan langsung marah-marah!"
Agar istrinya tidak tambah jengkel, Koplo lekas memacu motornya.
Wakhid Syamsudin
bungaduasatu@gmail.com
Dimuat di harian Solopos edisi Selasa Kliwon, 2 Oktober 2018
Get notifications from this blog
Keren...
BalasHapusKamu juga keren!
Hapuswuiih, tambah oke nih... 👍😁
BalasHapusPak Guru yang oke mahh
Hapusbikin gambar gitu gimana sih? pakai pulpen apa crayon?
BalasHapusEntahlah
HapusIni Cerita siapa?
BalasHapusKisah tetangga yang 'kucuri' mbak
HapusNamanya kenapa pake Koplo dan Cempluk? 😂✌
BalasHapusAturan pada rubrik Ah Tenane mbak Ky. Hanya boleh pake nama Jon Koplo, Lady Cempluk, Genduk Nicole, sama Tom Gembus. Biar tdk menyinggung siapapun.
HapusKerennn omm
HapusDuluuu waktu saya masih mahasiswi suka agak jengkel krn liat gambarnya lady cempluk yg kadang terlalu gimanaaa ... kadang ceritanya juga agak nyrempet2 kemanaa ... tapi tetep suka baca rubrik itu.
BalasHapusTapi ceritanya Pak Suden lebih sopan ... pasti kalo sy masih di sana saya makin sukkkaaa
Hehe, iya to? Berarti sekarang sudah lebih sopan daripada yg dulu...
Hapus