√ Dih, Kerennya The Perfect Husband - Halaman Rumah Syamsa

Dih, Kerennya The Perfect Husband



Sebelum saya menonton film ini, pernah sih baca-baca obrolan teman-teman ODOP yang ngomongin novel berjudul The Perfect Husband, yang konon bermuasal dari tulisan Indah Riyana di Wattpad. Waktu itu saya sempat pengin juga baca novelnya, tapi belum kesampaian. Bukan masalah belum punya duit buat beli novelnya sih, tapi disebabkan belum adanya teman yang bisa saya pinjami. Tapi sudahlah, saya memang belum bernasib mujur memegang novel yang bersangkutan.

Saya malah berkesempatan menonton film yang diangkat dari novel itu, judulnya sama. Bukan di bioskop juga, tapi di Iflix, mumpung ada kuota. Dan apa jadinya setelah saya menontonnya? Saya terkesima. Saya terhibur, terharu, sedih, ikut jengkel, dan termotivasi jadi seorang ayah yang baik. Ayah? Bukan suami? Husband artinya suami lho! Iya, tapi saya termotivasi jadi ayah yang baik, nggak boleh?

Film ini mengisahkan tentang Ayla, yang diperankan oleh si cantik Amanda Rawles, seorang ABG kelas 3 SMA, yang sedang seru-serunya menikmati masa remaja. Ayla ini punya kekasih bernama Ando, seorang vokalis band rock, yang diperankan Maxime Bouttier. Tanpa bertele-tele, cerita langsung masuk pada sebuah kejutan yang tidak menyenangkan bagi Ayla ketika muncul seorang pilot muda bernama Arsen, yang mengaku sebagai calon suaminya. Arsen diperankan dengan baik dan sempurna oleh Dimas Anggara.


Ayla bertambah kesal setelah tahu, Tio, ayahnya, sengaja hendak menjodohkannya dengan Arsen. Ayah Ayla yang dipercayakan pada Slamet Rahardjo sebagai pemerannya, tidak menyukai Ando yang dinilai urakan, tatoan, dan tak punya masa depan, meskipun tajir. Arsen sendiri kebalikan dari Ando, dia seorang pilot muda bermasa depan cerah, dan calon suami sempurna bagi Ayla.



Film ini menampilkan segala usaha keras Ayla untuk menggagalkan perjodohan ini. tapi di luar dugaan Ayla, Arsen ternyata tidak mudah menyerah. Arsen tetap sabar dengan usahanya mendekati Ayla, bahkan meski ibundanya tidak menyukai gadis itu. Kisah berjalan lancar diselingi humor-humor ringan tapi segar, khas film layar lebarlah!

Meski secara ending sudah bisa ditebak siapa pun, bahwa keduanya akhirnya menikah (spoiler, ya?), tapi proses menuju itulah yang sangat keren di sini. Bagaimana seorang ayah, Tio merasa wajib mencarikan suami sempurna untuk Ayla, tapi sang anak tidak mau karena memang masih SMA! Belum lagi segala kesabaran Arsen yang kadang memang tidak masuk logika. Semua diramu dengan baik oleh Rudy Aryanto sebagai sutradara.

Film yang diproduksi Screenplay kali ini bukan sekadar kisah cinta-cintaan nan alay, tapi lebih dari itu, nilai edukasi dalam keluarga cukup menjadi sorotan, terutama usaha keras seorang Tio untuk menjadi ayah yang baik. Sifat Ayla yang meski urakan dan super menjengkelkan, tapi pada dasarnya sangat hormat pada orangtua, juga memiliki nilai edukasi tersendiri di zaman sekarang yang makin langkanya sopan-santun pada generasi muda. Jujur, saya sempat terharu sampai mau menitikkan airmata, tapi berhasil saya tahan kok!

Secara keseluruhan, saya terkesima dengan film ini. Kisah seru yang didukung akting yang sempurna. Ide cerita Indah Riyana yang kuno, bertema perjodohan, ternyata bisa sekeren ini. Yang jelas, setelah menonton film ini, saya benar-benar termotivasi untuk jadi ayah yang baik. Iya, ayah yang baik. Terima kasih, Iflix, Screenplay, dan semua saja yang terlibat dalam pembuatan film ini. Semoga kedepan makin banyak novel dan film bermutu lahir dari penulis dan sineas muda tanah air. Semangat!

"Mencintaimu itu bagaikan terbang mengendarai pesawat terbang. Memiliki tanggung jawab yang besar dengan tingkat resiko yang sangat tinggi."

Get notifications from this blog

17 komentar

  1. Balasan
    1. Ayolah bang, sesekali nonton film indonesia. Hehe

      Hapus
    2. Hm... penasaran juga nih aku sama film nya..

      keren bener ini quotesnya 👍
      "Mencintaimu itu bagaikan terbang mengendarai pesawat terbang. Memiliki tanggung jawab yang besar dengan tingkat resiko yang sangat tinggi."

      Hapus
    3. Wah teracuni pengen baca dan nonton juga... pdhl dulu gak tertarik gara2 ngejudge dari judul kayaknya cerita cinta alay 🤣

      Hapus
  2. Aih... beda jauh dari novelnya ih. Tapi kalo dari ulasannya om nih ya, baik novel maupun film sama2 membuat penikmat terkesima (baper oe ) dan sayangnya ga punya kuota lebih jadi g bisa nonton filmnya deh (curcol kan. Wkwk )

    BalasHapus
  3. Aih... beda jauh dari novelnya ih. Tapi kalo dari ulasannya om nih ya, baik novel maupun film sama2 membuat penikmat terkesima (baper oe ) dan sayangnya ga punya kuota lebih jadi g bisa nonton filmnya deh (curcol kan. Wkwk )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum baca novelnya. Jadi ada bedanyakah? Kupikir sama saja...

      Hapus
  4. Pernah bc e-booknya, tp ga selsai. Setelah bc ini,jd lanjut baca😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, tapi kata mbak Reni beda loh film ma novelnya...

      Hapus
  5. Entahlah..aku nggak suka novel ini.
    Dan nggak pengin nonton filmnya

    BalasHapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.