Duo Krucil RCO
Sovia memandang kepergian Putra Salju dan ayahnya. Terlihat sekali ia terpesona dengan pemuda itu. Ah, sudahlah, saya tidak mau ambil pusing pada perasaan krucil satu ini.
Saya bergeser mendekati Lutfi yang melamun di bawah pohon besar. Kalau dibiarkan melamun lama, saya khawatir dia bisa kerasukan jin penunggu pohon. Segera saya menyapanya.
“Kok melamun, Mas Lutfi?” Saya tepuk bahunya perlahan. Dan itu cukup membuatnya terkejut.
“Enggak, Mas. Saya … saya hanya teringat adik-adik saya di kampung.”
“Oh … kupikir kenapa tadi. Mas Lutfi kesal sama Sovia?” tanya saya.
Lutfi lekas menggeleng dan tertawa pendek. “Kesal kenapa, Mas?”
“Ya … barangkali melihat sikapnya sama Putra.”
Sekali lagi Lutfi menggeleng. “Sudahlah, Mas. Tadi kan Mas Suden sudah sepakat, postingan kali ini, dia nggak dikasih jatah dialog.”
“Oke, oke. Lalu kita ngobrol apaan? Tentang masa depan?”
“Iya. Bagus itu. Saya mau ajak Mas Suden ngobrolin masa depan RCO.”
“RCO? Kalian kan masih jadi pijenya. Apa yang perlu diobrolkan?”
“Barangkali ada masukan untuk program RCO kedepannya, Mas Suden?”
“Wah … bagiku, bisa ikut RCO sejauh ini saja sudah bagus, Mas. Kalau usul boleh mah, aku maunya kalian berdua jadi pije selamanya di RCO. Jadi tiap inget RCO, orang akan ingat kalian berdua. Duo pije keren. Kalau kata Pakde Wali, duo krucil. Hehehe.”
Lutfi manyun. “Ah … bisa-bisanya Pakde Wali itu mah. Saya senang bisa berduet dengan Sovia. Meski kadang kita tidak akur.”
“Soal usulku tadi, kalian jadi pije abadi?”
Lutfi tidak segera menjawab. Ia memandang jauh ke arah sungai. Entah apa yang ada dalam pikirannya.
“Bagaimana? Kan Mas Lutfi bisa selalu dekat dengan Sovia. Apalah artinya seorang Putra Salju jika dibanding kekompakan kalian berdua.”
Lutfi memandang saya. “Kalau Mas Suden merasa saya pantas. Saya berterima kasih atas dukungannya. Saya bersedia jadi pije selamanya bersama Sovia.”
Saya mengangguk puas. Kembali saya tepuk bahu pemuda keren ini. “Aku mendukungmu selalu!” kata saya mantap.
“Terima kasih, Mas.”
Tiba-tiba saya ingat sesuatu. “Oh, iya. Ada satu usul lagi.”
“Apa, Mas?”
“Begini, selama ini ketika usai tingkatan RCO, kan ada satu hari yang bebas tidak setor bacaan, sambil menunggu kelulusan ke tingkat selanjutnya.”
“Iya. Lalu?”
“Bagaimana kalau hari itu semua peserta diwajibkan blog walking ke postingan tugas selama tingkat ini berlangsung? Kan biar rame tuh blog peserta.”
Lutfi mengangguk-angguk. “Bagus juga itu, Mas. Nanti saya bicarakan secara pribadi kepada Sovia.”
“Ya sudah, Mas Lutfi samperin aja krucil satu itu. Sovia masih terpaku di tempatnya dari tadi.”
Lutfi mendadak bersemangat. Segera ia berdiri dan mendekati Sovia. Saya tersenyum saja melihat keduanya. Dua ekor burung pipit terlihat berkejaran di antara ranting pohon.
Selesai.
#TugasRCOterakhir
#OneDayOnePost
Get notifications from this blog
:>)
BalasHapus:>)
BalasHapusNice idea, usul one-day-blog-walk nya
BalasHapus=)) =)) =))
BalasHapusLama2 aku akan berpikir kisah ini nyata.. #Ehh OOT😂😂😂
BalasHapusWakakakaka bisa aja pakde satu ini. Btw aku dukungg duo krucilssss
BalasHapus😱😱 pije selamanya wkwkwk
BalasHapusDuo krucil jd brand ambassador sekaligus admin RCO.. ^^
BalasHapusSovia ngga dikasi jatah dialog 😱
BalasHapusO ini biangnya ada tugas tambahan BW, sip usulnya langsung diiyakan sama PJ, dan harus baca lagi
BalasHapusSetuju sama usulnya nih
BalasHapusOh ini idenya bupati Sukoharjo ya? 😂 Jadi inget pas pertama ikut ODOP dulu, bewe.. apaan tuh 😂😅
BalasHapusSeperti biasa, keren banget udah (h) BW itu wajib ^_^
BalasHapus