√ Balada Kopdar (2) Sambisari - Halaman Rumah Syamsa

Balada Kopdar (2) Sambisari


Balada Kopdar
Bagian 2 - Sambisari

Ahad, 4 Maret 2018

Jam dinding belum tepat menunjuk ke angka 4 pagi, aku sudah terjaga. Begitu juga istriku. Sementara Haikal dan Rara masih nyenyak dengan mimpinya. Aku bergegas mandi. Istriku langsung menyerbu piring kotor, dilanjut mencuci baju. Dia memang paling tidak suka meninggalkan rumah masih ada kerjaan terbengkalai.

Usai mandi, terdengar suara Rara memanggil-manggil dari kamar. Si kecil sudah bangun rupanya. Aku lekas mendekatinya sebelum ia menangis. Rupanya, Haikal juga terjaga gara-gara suara adiknya yang memanggil mencari teman. "Alhamdulillah sudah pada bangun. Yuk, siap-siap mandi," ajakku.

Bersyukur kedua buah hatiku ini menurut. Meski baru jam 4 dan azan Subuh belum berkumandang, keduanya sudah berguyur air dingin. Kedua anak kami ini memang tidak terbiasa mandi air hangat. Sementara bunda mereka juga sudah kelar mencuci, dan bersiap untuk mandi. Azan Subuh berkumandang saat aku memakaiakan baju si kecil Rara. Kakaknya pun sedang mengenakan pakaiannya di samping Rara.

Persiapan kami tidak begitu ribet karena sudah sejak semalam mulai menyiapkannya. Termasuk satu eksemplar buku yang harus dibawa untuk acara tukar buku saat kopdar nanti. Aku memilih sebuah buku antologi berjudul Cinta Sedarah terbitan Leutika Prio, kumcer teman-teman pemula yang pernah terbit lewat grup Proyek Buku Gotong-Royong yang pernah kugawangi dulu.

Sekitar pukul 5 kami sudah di atas motor. Haikal duduk di depan, sementara Rara digendong bundanya di jok belakang. Mbah Putri melepas keberangkatan kami dengan segala pesan agar berhati-hati di jalan. Bismillah, kami berangkat.

Dari Weru, kami melewati jalur Cawas, ke barat lewat Bayat, Wedi, lalu memasuki jalan raya Solo-Jogja, sekitar sejam perjalanan. Untung cuaca tidak dingin dan jalan juga masih sepi. Ketika sudah melintasi jalan Solo-Jogja, istriku teringat sesuatu, "Yah ... maaf, Bunda lupa nggak bawa mantol."

Di dalam jok motor memang ada satu mantol yang kubawa ke mana-mana, tapi kami biasa juga bawa satu mantol lagi kalau bepergian. Dan istriku tumben lupa membawanya. Mau balik ambil kan tidak memungkinkan. "Ya sudah, semoga nggak hujan, Bun," kataku.

"Semoga," aminnya.

"Kalau hujan nanti beli mantol di jalan saja," usulku.

Seingatku, acara kopdar bertempat di Candi Sambisari, Purwomartani, Kalasan, baru akan dimulai pukul 9 pagi. Kami memang berangkat pagi-pagi sekali biar tidak buru-buru. Nanti bisa menikmati pagi di Jogja sekaligus mencari sarapan di sana. Jauh-jauh hari, aku juga sudah browsing mencari tahu letak bangunan bersejarah itu. Tidak terlalu jauh dari Prambanan, kata Mbak Sakifah beberapa hari lalu di chat. Itu berarti memang tidak jauh-jauh amat. Semoga tidak nyasar ke sananya.


Ketika perjalanan sudah sampai sekitaran Candi Prambanan, dan menoleh ke samping kanan kami sudah bisa melihat bangunan bersejarah itu dari kejauhan, kami sudah bersiap untuk lebih memperhatikan rambu jalan, terus meluncur ke arah Jogja dan mencari-cari penunjuk arah ke Candi Sambisari. Tapi kami tidak menemukan penunjuk itu.

"Bun, depan itu perasaan sudah mulai masuk kawasan bandara. Jalan ke Candi Sambisari harusnya tidak sampai di sini," kataku. Lalu kupelankan motor dan menepi ke halaman sebuah toko yang masih tutup.

"Kebablasan berarti?" tanya istriku.

"Bisa jadi."

Kubuka gawai, mendapati chat masuk ke WhatsApp. Dari Mbak Renee yang mem-forward sebuah pemberitahuan dari panitia kopdar. Aku hanya membaca rundown acaranya, yang ternyata akan dimulai pukul 7 pagi. "Jamnya dimajukan, Bun," kataku.

"Untung kita berangkat pagi-pagi, Yah," komentarnya.

Lalu aku mendekati seorang ibu yang baru membuka toko dekat tempat kami berhenti. Kami menanyakan arah ke Sambisari. Ternyata sudah terlewat. Kami harus putar balik, nanti ada penunjuk arah yang bisa dilihat kalau jalan dari arah Jogja. Kembali kami meluncur di jalanan mencari arah candi itu.

Kami sudah menemukan penunjuk arah itu dan mengikutinya. Ternyata Candi Sambisari lumayan jauh dari jalan raya. Tapi kami sampai di sana sekitar setengah tujuh. Masih pagi. Terlihat pintu masuk ke kawasan candi masih ditutup. Tapi banyak anak-anak muda dan warga sekitar yang berolah raga di sini. Kami parkir motor di salah satu pekarangan rumah warga yang memang disiapkan untuk area jasa parkir.

Kubuka WhatsApp. Rupanya aku sudah dimasukkan grup kopdar. Dan di dalamnya terlihat aktivitas penghuninya yang sebagian besar peserta kopdar yang sudah di penginapan. Mereka masih menikmati pagi di alun-alun katanya.

Menunggu sarapan soto disajikan.
Kami sarapan soto sambil menunggu waktu.

"Saya sudah di Candi." tulisku di chat room grup kopdar.

"Candi mana, Mas?" tanya Mbak Nova, salah satu peserta kopdar.

"Sambisari."

"Langsung ke penginapan saja."

Ke penginapan? Aku lekas membuka pengumuman yang tadi dikirim Mbak Renee. Dan terkejutlah aku. "Bun," panggilku ke istri.

"Gimana, Yah?"

"Lokasi kopdar pindah ke penginapan. Ayah tidak baca pengumumannya. Hanya baca jam mulainya. Waduh."

"Terus, penginapannya di mana?"

"Kalau tidak salah sekitar alun-alun kidul."

"Alun-alun? Berarti jauh sekali dari sini, Yah ...."

Dan benar. Lokasi kopdar masih jauh. Mendadak aku lemas. Tiwas tenang-tenang sudah sampai di lokasi. Ternyata dengan alasan jarak dan jauhnya dari stasiun karena peserta ada yang harus segera pulang setelah kelar, maka acara kopdar pindah ke penginapan. Ya Allah ... ternyata kesalahan besarku tidak gabung ke grup kopdar dari kemarin membawa bencana. Kami lekas menghabiskan sarapan dan bersiap naik motor lagi.

Candi Sambisari, maaf tidak jadi masuk dan mengunjungimu. Semoga lain kali, ya.

BERSAMBUNG

Get notifications from this blog

15 komentar

  1. Trenyuh banget bacanya...
    Begitu besar perjuangan dan pengorbanan...hehehe

    BalasHapus
  2. Trenyuh banget bacanya...
    Begitu besar perjuangan dan pengorbanan...hehehe

    BalasHapus
  3. Semangat yang patut dicontoh nih.
    Anak-anaknya ngegemesin banget sih mas ^_^
    Masih lanjut kan ya? Amat dinanti.

    BalasHapus
  4. Masyaallah..pengorbanannya luar biasa mas Wakhid, keluarganya juga kereen bisa kooperatif semua..barokallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah bisa ketemu Mbak Leska sekeluarga. x-)

      Hapus
  5. Makin baper dengan semanagt silaturahimnya

    BalasHapus
  6. Masya Allah... Makasih bunda, udah sabar nemenin kemanapun langkah ayah... Maaf ya, jadi jauhhhh perjalanan kalian :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perjalanan seru kok Mbak Kif. Makasih atas petunjuk arahnya. :-)

      Hapus
  7. si rara geulis pisan masyaAllah gemesss :)

    BalasHapus
  8. MasyaAllah luar biasa...
    Senangnya bisa ketemu, kopidaratan

    BalasHapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.