Jenazah Mati Lampu
Kejadian ngeri-ngeri sedap ini dialami Gendhuk Nicole, warga Sidowayah, Ngreco, Weru, Sukoharjo, saat tetangganya ada yang meninggal dunia, Mbah Cempluk, tetangga satu RT yang meninggal karena sakit. Saat itu sudah sekitar pukul 18.00 WIB.
Sudah adat saben di Sidowayah, kalau yang meninggal perempuan maka ibu-ibu pengajian yang membantu proses memandikan dan mengafani jenazahnya.
Gendhuk Nicole bersama beberapa ibu-ibu pun lekas membantu proses memandikan bersama keluarga almarhumah sebelum azan Isya berkumandang.
Tidak lama kemudian, jenazah sudah diangkat ke balai-balai yang sudah disiapkan kain kafan. Gendhuk Nicole dan kawan-kawan segera bersiap mengafani jenazah Mbah Cempluk. Jon Koplo dan Tom Gembus datang membantu memasang lampu agar rumah duka lebih terang benderang.
Sebenarnya Gendhuk Nicole masih sering takut kalau bertugas mengurus jenazah, tapi ditepisnya jauh-jauh rasa takut itu. "Wedi apane, wong mati ora bakal medeni," tekadnya.
Ndilalah malam ini Gendhuk kebagian memegang dan mengikat bagian kepala jenazah. Deg degan juga dia, takut nanti masih terbayang-bayang wajah almarhumah.
"Bismillah...," begitu Gendhuk menekatkan hati. Dengan hati dag-dig-dug dia mengikat kepala jenazah.
Tiba-tiba mak pet! Lampu mati! Gendhuk langsung menjerit ketakutan. Lekas ditaruhnya kepala jenazah dan berlari sipat kuping menjauh.
Rupanya daya listrik rumah almarhumah tidak kuat dipasangi banyak lampu besar. Tom Gembus langsung mengurangi lampu yang dipasang. Jon Koplo kembali menyalakan meteran listrik.
Begitu lampu kembali menyala, Gendhuk Nicole malu setengah mati karena mendadak dia menjadi pusat perhatian dari semua yang hadir di rumah duka. Sial... sial...
Wakhid Syamsudin
Sidowayah RT 001/RW 006, Ngreco, Weru, Sukoharjo 57562
Dimuat di harian Solopos edisi Jumat Pahing, 12 Januari 2018
Tara... di atas adalah tulisan saya yang berhasil lolos di koran Solopos kemarin. Saya mengirimkan sehari sebelumnya, dan alhamdulillah tidak perlu menunggu dua tiga hari atau lebih, cerita itu berhasil dimuat di Solopos.
Tulisan ini menjawab tantangan Kelas Fiksi ODOP Batch 4 untuk mengirimkan tulisan ke media massa. Rupanya saya sedang beruntung, tulisan langsung lolos. Kadang sering kesal juga ketika berkali mengirim tulisan tapi tidak kunjung dimuat.
Semoga menambah semangat dalam menulis. Aamiin...
Get notifications from this blog
Idenya gak pernah mati
BalasHapusMari kita nyalakan terus semangat menulisnya, Pak Bari. :)
Hapusitu nama tokohnya harus unik gitu? atau itu nama asli?
BalasHapusKalau kirim ke rubrik Ah Tenane Solopos harus pakai nama itu, Mbak. Laki: Jon Koplo, Tom Gembus. Perempuan: Lady Cempluk, Gendhuk Nicole. Cerita kisah sehari2 yg kucu dan unik.
Hapuswkwkwk, tulisan penghuni bumi nih
BalasHapusDan gaungnya sampai ke Mars. :o
Hapuskeren poll .. itu kalau kirim ke media ada batas teks kah?
BalasHapusKalau yg ini cukup 1 atau 2 lembar A4
HapusHahaha 😂😂😂
BalasHapusEh jangan nangis...
HapusIdenya simple tapi keren lohh pantes di muat
BalasHapusLagi rezeki saya ini mbak...
HapusSelalu keren mas Suden (h)
BalasHapusAh... kamu bisa aja nih, Sov...
HapusNamanya unik2 mas renyah banget cerita nya hihi
BalasHapusNama unik itu sdh ditentukan sama Solopos kok mbak... kita tinggal pake sebagai nama tokoh.
HapusEndesss bgtt
BalasHapus:-)
HapusKerennnn...
BalasHapusNama2nya juga unik.
Tulisan di rubrik ini memang harus pakai nama2 itu...
HapusSaya dulu pembaca kolom ini juga....
BalasHapusKenapa sekarang enggak? Coba nulis kirim ke solopos.
Hapus