Liburan di Rumah Nenek
1. Aku sedang di rumah Nenek
2. Aku di rumah Nenek bermain petak umpet
3. Kemudian Mas Azzam menangis
4. Aku senang di rumah Nenek
5. Karena banyak temannya
Tulisan itu disodorkan anak saya, Haikal, yang baru kelas 1 SD (MI), sesaat ketika saya dan istri tiba di Kedungkluwih, kampung kelahiran istri saya. Di sinilah orangtua istri saya, mertua saya, tinggal. Dan liburan kali ini, Haikal selalu minta diantar ke rumah kakek-neneknya di sini. Tidak menginap, diantar pagi dijemput sore.
"Yang nulis siapa?" tanya saya.
"Aku," jawabnya sambil tersenyum-senyum.
Saya baca tulisan tangan Haikal di selembar kertas itu. "Ini nomor 3 kok nulis huruf z kebalik?" komentar saya. Melihat kesalahan itu Haikal menepuk jidat, "O iya, keliru!"
Saya koreksi lagi. "Ini nomor 5 bacanya apa? Karena kok cuma kare?"
Haikal melirik tulisannya sendiri. "Eh, iya, kok kurang na," ia menyadarinya.
"Ini bercerita kok dikasih nomor?" tanya saya.
"Memangnya tidak boleh, Yah?"
"Ya... nggak apa-apa. Tapi besok lagi kalau nulis cerita ya jangan pakai nomor," komentar saya.
"Oke, oke," katanya.
Itu sedikit cerita saat saya menjemput Haikal di suatu sore. Memang sebelumnya saya berkata meski sambil bercanda agar Haikal menulis cerita di kertas. Iming-imingnya kalau bagus mau saya muat di buletin Media An Nuur, majalah bulanannya TPA An Nuur tempat non formal Haikal belajar mengaji. Dan Haikal sudah menulisnya meski sangat-sangat pendek. Tidak apalah untuk sebuah awal. Semoga kelak kamu suka dengan dunia menulis, ya, Nak.
Get notifications from this blog
Semoga bakat menulis bapaknya bisa turun ke haikal aamiin. :)
BalasHapusWah... aamiin tuh. Semoga jauh lebih bagus!
HapusKeren nih...ngikutin bapaknya yang jago nulis
BalasHapusDoakan Mbah uti. Aamiin... :-d
HapusKalau orang Ponorogo bilang,"Dlondonge sopo kuwi?". Anaknya siapa itu?
BalasHapusBuah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Semoga lebih baik dari pohonnya... makasih Mas Heru. x-)
Hapus