Kentang yang Lulus ODOP
Ruangan kelas hening sejenak. Bu Mab dan Bu Nova terlihat sumringah. Dari tadi keduanya sering tersenyum-senyum. Keduanya berdiri di depan kelas Kentang. Sementara duduk di bangku masing-masing, 11 murid mereka, yang juga terlihat ceria meski rona haru mewarnai wajah polos mereka.
"Kalian puas?" Bu Mab memecah kesunyian.
"Alhamdulillah, Bu. Kami sangat bersyukur akhirnya bisa lulus di kelas ini," Dwi mewakili teman-temannya.
"Syukurlah. Sekali lagi saya dan Bu Nova mengucapkan selamat buat kalian. Kalian telah berada di finish dan berhasil lulus setelah melalui sekian banyak ujian."
"Terima kasih, Bu Mab," Nisa yang berbicara. "Semua berkat bimbingan Bu Mab dan Bu Nova. Tanpa Ibu berdua, kami akan jadi apa."
"Saya sepakat dengan Nisa," Wakhid ikut berbicara.
"Tumben kalian akur?" Bu Nova menanggapi dengan heran. "Biasanya kelas selalu gaduh kalau kalian bertengkar."
Wakhid dan Nisa tersenyum. Nisa yang mendahului berkomentar, "Maafkan kegaduhan kami, Bu. Kami tidak akan mengulangi lagi, kok. Kami akan rukun."
"Benar, Bu. Saya tidak akan jahil lagi," kata Wakhid.
"Baguslah," sahut Bu Nova sambil kembali tersenyum.
"Saya sebenarnya tidak pernah berniat gaduh, Bu. Hanya saja Wakhid yang berulah jadi saya tidak bisa terima begitu saja," kata Nisa.
"Kamu kok menyalahkan aku? Kamu juga sering mengejek duluan. Enak saja bilang kalau aku yang memulai!" Wakhid protes.
"Semua orang juga tahu, kamu yang usil!" Nisa tidak terima.
"Lha ini jelas. Kita sudah baik-baik, kamu malah bikin masalah baru!" Wakhid tidak mengalah.
"Kan kamu tadi yang mulai!"
"Kamu yang memancing duluan!"
"Cukup! Cukup!" Bu Mab turun tangan. "Hari ini kita sedang dalam suasana bahagia menyambut kelulusan kalian. Jangan membuat suasana berubah!"
Nisa menunduk. "Maaf, Bu."
Wakhid ikut menunduk meski masih kesal.
Bu Mab memandang berkeliling. "Kalian telah berhasil lulus. Ini patut disyukuri. Kalian tahu, banyak teman-teman kalian yang gugur di tengah jalan. Tersisa yang lulus 11 murid di kelas ini, 8 murid di kelas Wortel, 14 di kelas Cabe, dan 15 di kelas Bawang Merah."
Semua diam mendengarkan.
"Kalian berhasil lulus, padahal sebelumnya yang gabung di sekolahan besar kita ini sejumlah...," Bu Mab terdiam sejenak. Mengingat-ingat. Rupanya lupa. Lalu menoleh Bu Nova. "Berapa pendaftar dulu, Bu Nova?"
Bu Nova segera menjawab, "Sekitar 250-an, Bu. Yang masuk kelas Kentang 23. Ibu tidak ingat?"
Bu Mab tersenyum. "Saya lupa jumlahnya. Maaf, biasalah faktor U. Hehe...."
Kembali Bu Mab memandang murid-muridnya. "Kalian berhasil lulus, tidak senasib dengan teman-teman kalian yang jumlahnya disebutkan Bu Nova barusan."
"Kami selalu mensyukuri kelulusan ini, Bu," kata Uky sambil menyusut air mata yang meleleh saking terharunya.
"Dan sekarang, kita akan mengadakan syukuran. Kita akan makan-makan," kata Bu Mab.
"Benarkah, Bu?" Nisa menyahut.
Bu Mab mengangguk. "Sekalian syukuran saya menang lomba menulis dan akan segera terbit buku solo saya."
"Syukurannya sekarang, Bu?" tanya Bu Nova.
"Iya. Saya yang bayar, saya joinan sama Dwi yang juga naskahnya lolos di sebuah antologi. Kita syukuran makan-makan. Syukuran kelulusan sekaligus syukuran tulisan saya lolos juara 1 dan Dwi sebagai ketua kelas berhasil lolos antologi."
"Bu, boleh nanya?" Wakhid bersuara.
"Tidak boleh!" sahut Uky.
"Oh... ya sudah."
Bu Mab memandang Wakhid. "Uky bercanda. Boleh, mau nanya apa?"
"Terima kasih, Bu. Saya cuma mau nanya, bolehkah seragam kita coret-coret pakai pylox warna sebagai bentuk kegembiraan karena kelulusan?"
Bu Mab menoleh pada Bu Nova. "Bagaimana, Bu Nova?"
Bu Nova menggeleng. "Saya tidak mengijinkan pylox-pylox-an."
Wakhid kecewa. "Saya terlanjur beli pylox, Bu."
"Pokoknya tidak boleh!"
Wakhid menurut akhirnya. Tiba-tiba Uky bersuara, "Kalau saya nyanyi lagu Kahitna yang pas buat suasana kelulusan ini boleh tidak, Bu?"
"Jangaaan! Tidak boleh...!" hampir serempak seluruh kelas menolak usulan Uky.
Bu Nova tersenyum. "Maaf, Uky, teman-temanmu menolak."
Uky melenguh kecewa.
Bu Mab kemudian berbicara. "Sebaiknya kita nyanyikam bersama lagu kebangsaan ODOP. Kalian setuju?"
"Kami belum hafal, Bu...," Dwi menanggapi.
Lalu Bu Nova tanpa menunggu perintah Bu Mab, mengambil kapur dan menulis di papan tulis. Rupanya Bu Nova menulis lirik lagu ODOP.
Satu Kali Lagi
(OST One Day One Post)
Lagu/lirik: Urip Widodo (ODOP 2)
Vocal/guitar: Heni Susilowati (ODOP 2)
[VERSE 1]
Teman, tunjukkan 'ku tempatmu tuk kembali
Agar dapat aku tuliskan
[VERSE 2]
Teman, bawa aku ke tempatmu kembali
Agar dapat aku ceritakan
[PRE CHORUS]
Ingin kubuka goresan pena
[CHORUS]
Satu hari kan kutulis di sini
Satu kali lagi
Satu hari kan kubawa kembali
Satu kali lagi
"Sekarang, kita lantunkan bersama, ya...," ajak Bu Mab. Dan tidak berselang lama, mengumandanglah lagu ODOP itu di ruang kelas Kentang.
Semua menyanyi sebisanya dengan kualitas suara masing-masing. Dwi, Hafsah, Lilik, Nining, Nisa, Sovia, Safina, Setya R, Titi, Uky, dan Wakhid, sangat menghayati lagu itu.
Setelah lagu selesai dinyanyikan, mereka segera keluar dari kelas. Mengikuti Bu Mab yang akan menraktir mereka.
Selamat buat yang lulus ODOP, baik dari Kentang, Wortel, Cabe, maupun Bawang Merah. Semangat!
Get notifications from this blog
Hahahaha mas mas, kita berdua kok yaa kaya perusuh group kentang 😂😂😂
BalasHapuskayaknya emang deh, wkwkwk... :D
HapusSebegitukah penilaian kalian?
HapusPerusuh abadi nih isnaini sama mas wakhid 😂😂😂😂😂
BalasHapusEh, nggak jadi nyanyi kahitnanya?
HapusKerennnn 😄
BalasHapus:))
HapusSelamat yaaa yang udah lulus ...
BalasHapus:D
Makasih makasih
HapusSelamat atas kelulusannya...
BalasHapusKalian keren2
makasih, teima kasih juga..
Hapus(h)
Hapusizin repost mas Wkhid, boleh ga?
BalasHapusSilakan mas dwi...
HapusAku lulus ya? 🙊😅
BalasHapusLulus sih, tapi lupa kagak saya kasih jatah dialog di sini. wkwk...
HapusKisah ini bisa buat kenang2an mas Sudin, tak simpen ya.. 😊
BalasHapusKok nadanya jadi sedih ya... ;(
Hapus