√ Haikal dan Hujan - Halaman Rumah Syamsa

Haikal dan Hujan


Haikal, sulung saya, pernah sangat takut dengan hujan. Untunglah sekarang ketakutan itu sudah lenyap sama sekali.

Awal ketakutan itu muncul saat Haikal berusia sekitar 4 tahun, ketika itu turun hujan sangat deras disertai angin sehingga banyak pohon bertumbangan dan dahan-dahan yang patah berjatuhan. Ditambah gemuruh dan kilat petir yang menggidikkan. Haikal kecil melihat langsung suasana ketika itu. Dia terlihat takut, memeluk erat Bunda yang menggendongnya. Bahkan telinganya ditutup erat-erat dengan telapak tangan.

Kejadian hari itu rupanya sangat membekas pada ingatan anak saya. Di hari-hari setelah itu, setiap kali turun hujan, Haikal langsung menutup telinga, memejamkan mata dan menangis. Mau tidak mau saya ataupun bundanya harus lekas mendekapnya agar tidak bertambah kalut.

Saya dan istri saya sempat waswas juga kalau hal ini terus berlanjut. Akhirnya saya berinisiatif memperkenalkan Haikal pada serunya bermain hujan.

Suatu ketika, hujan turun. Saya ajak Haikal menadahkan tangan ke kucuran air dari genteng. Meski takut-takut, lama kelamaan dia mulai merasa nyaman. Akhirnya kubawa dia ke halaman menyambut guyuran deras dari langit.

Terapi hujan yang saya terapkan membuahkan hasil. Haikal tidak takut lagi dengan hujan. Tapi terkadang tiap mulai turun hujan baru dia masih suka ketakutan. Selalu saya bawa dia untuk hujan-hujanan. Menikmati serunya air yang Allah curahkan.

Haikal akhirnya sama sekali tidak takut hujan. Bahkan sekarang, tiap gerimis mulai turun rintik-rintik, dia selalu minta hujan-hujanan. Bahkan tanpa perlu saya temani seperti di awal-awal dulu.

Hujan juga tidak pernah membuatnya jatuh sakit. Tidak ada cerita Haikal terserang flu setelah hujan-hujanan. Hujan adalah berkah dari langit yang selalu seru untuk disambut.

Get notifications from this blog

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.