√ Tidak Penting untuk Dibaca - Halaman Rumah Syamsa

Tidak Penting untuk Dibaca


"Selamat siang, Mbak Hana."

"Karin? Bagaimana kamu bisa masuk ruang kerjaku?"

"Bukan hal sulit bagi seorang Karin, Mbak. Lebih dari itu, bukankah Karin juga bisa dengan mudah masuk ke kehidupan keluarga Mbak Hana dan Mas Bram?"

"Mau apa kamu kemari?"

"Mbak Hana kok galak begitu, sih? Karin hanya ingin ketemu Mbak Hana. Apa itu tidak boleh?"

"Lekas katakan maksud kedatanganmu. Lalu silakan keluar dari ruangan ini. Banyak deadline yang memburuku, Karin."

"Mbak Hana kok ketus begitu? Apa sikap Mbak ke Mas Bram juga seperti ini? Kalau iya, duh... betapa kasihan Mas Bram."

"Cukup, Karin. Jagalah mulutmu!"

"Apa ada yang salah dengan ucapan Karin, Mbak? Karin hanya bicara apa adanya."

"Kumohon, Karin. Keluarlah!"

"Hahaha. Mbak Hana makin galak. Nanti cepat tua, lho.... Oh, iya, kalau Mbak Hana cepat tua, pasti Mas Bram tidak akan cinta lagi. Artinya, Mas Bram akan memilihku yang cantik dan lebih muda ini. Bukankah begitu, Mbak Hana?"

"Karin. Banyak lelaki di luar sana yang bisa kamu jadikan kekasih. Yang bisa menikahimu penuh cinta dan tanggung jawab. Bukan lelaki beristri seperti Mas Bram. Gunakan akal sehatmu, Karin."

"Mbak Hana Sasmita. Berapa kali Karin sudah katakan. Cinta Karin hanya untuk Mas Bram. Dan Mas Bram juga sangat menyayangi Karin."

"Karin. Aku sudah jenuh. Aku tidak tahu lagi dengan cara bagaimana aku menyikapi kelakuanmu ini."

"Menyikapi? Mbak Hana... Mbak Hana kan tahu betapa aku mencintai Mas Bram. Maka sikap terbaik Mbak Hana adalah menceraikannya dan menyerahkan Mas Bram kepadaku. Bukankah begitu selesai perkara?"

"Ikatan pernikahan bukan barang yang bisa dimain-mainkan, Karin. Aku dan Mas Bram mengikat janji suci dan sudah memiliki Rosi sebagai buah hati. Karin kamu dengarkan baik-baik kata-kataku. Tidak akan kubiarkan kamu merusak kebahagiaan rumah tangga aku bersama Mas Bram. Dan sebaiknya, keluar kamu dari ruangan ini. Hilangkan semua obsesi gilamu. Cari laki-laki lain!"

"Hahaha. Mbak Hana, Mbak Hana. Bukan Karin namanya kalau tidak bisa mewujudkan keinginan Karin. Mbak Hana bersiap saja jika suatu saat Mas Bram meninggalkan Mbak Hana. Dan soal Rosi, terserah Mbak Hana. Bisa hidup bersama Mbak Hana, atau menjadi putri tiriku yang cantik. Sudah jelas akan sikapku, Mbak?"

"Keluar dari ruangan ini, Karin. Atau kupanggilkan satpam?"

"Baiklah, Mbak Hana. Karin akan sukarela keluar dari ruangan Mbak Hana Sasmita ini. Tapi tunggu dulu, Mbak. Aku ingin mengatakan keperluanku kemari."

"Lekas."

"Mbak Hana jangan galak begitu. Karin bukan anak kecil yang takut dibentak-bentak."

"Tidak usah berputar-putar. Lekas katakan keperluanmu."

"Mbak Hana.... Aku tidak tahu apa yang membuatmu lebih dicintai oleh Mas Bram dari pada aku. Tapi baiklah, Karin mulai berpikir. Mungkin Mas Bram lebih suka Mbak karena Mbak seorang blogger. Punya banyak follower. Setiap posting-annya menginspirasi banyak orang."

"Apa masalahnya dengan semua itu? Kamu bisa juga bikin blog."

"Tapi Karin newbie banget, Mbak. Belum tentu banyak follower. Bahkan ada yang mau baca tulisanku atau tidak saja aku tidak tahu."

"Karin. Kalau kamu mau belajar menulis di blog, Mbak bisa kasih kamu pandangan. Tapi ingat, jauhi Mas Bram."

"Syarat Mbak terlalu berlebihan."

"Terserah apa katamu, Karin."

"Mbak jangan marah-marah terus. Bagimana Mbak, Karin juga ingin punya blog dengan banyak pembaca."

"Kamu ikut saja komunitas menulis ODOP."

"ODOP? Apaan itu, Mbak?"

"One Day One Post. Setiap hari kamu harus menulis di blog. Nanti teman-teman satu komunitas akan saling baca dan saling follow blog anggota."

"Nampaknya menarik, Mbak...."

"Tapi sekarang sedang berjalan Batch 4. Berdoa saja ada Batch 5 dan kamu bisa daftar."

"Oo, begitukah, Mbak? Baiklah, Karin akan menunggunya untuk mendaftar."

"Sudah. Silakan keluar dari ruangan ini."

"Iya, iya, Mbak. Tunggu saja Karin menunjukkan kemampuan blogging, Mbak Hana. Mas Bram pasti senang."

"Karin. Aku tidak peduli ocehanmu. Kumohon, segera keluar dari ruangan ini...!"

"Iya, Mbak Hana Sasmita yang cantik. Karin akan keluar. Tapi camkan, Mbak. Karin tetap akan mengejar cinta Karin. Mas Bram."


* Tulisan ini memang asal nulis saja. Karakter dua wanita itu diambil dari sinetron CHSI yang diangkat dari buku Mbak Asma Nadia. Efek telat setor tulisan ODOP, jadinya asal posting aja.

Get notifications from this blog

2 komentar

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.