Sebuah Pengorbanan Cinta
Serial Lembar Ibrah
Dalam kisah Thalhah bin Ubaidillah Sebuah Pengorbanan Cinta
Dikisahkan oleh Suden Basayev
Perang Uhud yang mengerikan. Ketidakpatuhan pasukan pemanah di atas bukit karena tergoda harta rampasan perang, telah membalikkan keadaan. Padahal Rasulullah Saw memerintahkan agar tidak meninggalkan bukit sampai perang benar-benar usai. Akhirnya, pasukan kafir menguasai bukit, hingga pasukan muslimin berguguran diserbu anak panah.
Situasi mengerikan, Rasulullah Saw terluka parah. Pasukan kafir seolah berebut mengejar Rasulullah Saw dengan kilatan pedang mereka. Pasukan muslimin sudah sangat kocar-kacir.
Di dekat Rasulullah Saw tinggal 11 mujahid Anshar dan seorang Muhajirin, yakni Thalhah bin Ubaidillah. Mereka mati-matian melindungi Rasulullah Saw dari serangan pasukan kafir.
"Siapa yang berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku di surga kelak!" seru Rasulullah Saw. Maka kesebelas prajurit Anshar terus berusaha menghalau serangan pasukan kafir yang memburu Rasulullah Saw. Sementara Thalhah menjadikan diri sebagai perisai yang melindungi sang Nabi.
Kesebelas prajurit Anshar gugur sebagai syuhada Uhud. Tinggallah Rasulullah terkepung bersama Thalhah bin Ubaidillah.
Thalhah mengayunkan pedang ke sana kemari. Ia tidak memedulikan keselamatannya, baginya yang terpenting adalah melindungi Rasulullah dari jangkauan senjata musuh.
Thalhah memeluk Rasulullah dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara tangan kanan mengayunkan pedang menangkis serangan lawan yang mengelilingi keduanya. Keadaan memang tidak imbang sama sekali.
Sabetan pedang lawan menembus tubuh Thalhah. Tusukan tombak berebut mencacah kulit Thalhah. Darah berlumuran, bermuncratan dari luka-luka itu. Tapi Thalhah tak peduli, ia tetap memeluk Nabi, melindunginya, menjadi perisai baginya.
"Ya Allah, ambil darahku hari ini sekehendak-Mu hingga Engkau ridha," desis Thalhah. Pedangnya sudah terlepas entah kemana. Jarinya patah disambar tajamnya pedang lawan. Beberapa anak panah bahkan menancap di tubuhnya.
Thalhah bin Ubaidillah berserah pada Allah. Dia inginkan keridhaan Allah. Sebuah pengorbanan cinta yang sesungguhnya telah ia tunjukkan. Sambaran pedang dan kucuran darahnya seolah menyemburkan kembali sebuah kenangan lama. Sebuah kisah cinta yang tidak sepantasnya. Sebuah perasaan yang sangat tidak layak.... Dan air mata Thalhah ikut mengucur.
Aisyah, istri Rasulullah, yang masih terhitung sepupunya. Kecantikannya, kebaikannya.... Thalhah pernah sedemikian tolol. Waktu itu, ia mendapat kesempatan berbincang dengan sepupunya itu. Rasulullah datang dan menunjukkan rasa tidak sukanya. Rasulullah memberi isyarat agar Aisyah menjauhi Thalhah dan masuk ke biliknya.
Wajah Thalhah memerah waktu itu. Ia tersinggung dengan sikap Rasulullah, karena memang ia memendam perasaan pada istri Nabi itu. Desisnya, "Akan kunikahi Aisyah nanti setelah engkau wafat...."
Thalhah menyimpan kekesalan itu, hingga suatu ketika turunlah wahyu Allah, surat Al Ahzab ayat 53: "Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat."
Thalhah menangis ketika dibacakan ayat itu. Sadarlah ia akan kesalahannya. Ia pun bertaubat, dimerdekakannya budak, lalu menyumbang sepuluh ekor unta, dan berumrah dengan berjalan kaki. Dia merasa malu dengan perasaan sukanya pada istri Nabi. Tapi kelak, dengan penuh cinta, Thalhah menamai putri kecilnya dengan nama Aisyah.
Sabetan pedang kesekian kali dari musuh membuat Thalhah tidak sadarkan diri. Tapi sebelum tersungkur, ia melihat Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah mendekat memberikan bantuan. Rasulullah Saw selamat.
Seusai perang Uhud, Thalhah masih diberi kesempatan hidup. Meski tubuhnya penuh cacat, tak kurang 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak dan anak panah. Tapi sebuah kebahagiaan tersendiri bisa menjadi perisai bagi Rasulullah, manusia agung suami dari Aisyah.
"Kalau ingin melihat syahid yang masih berjalan di muka bumi, lihatlah Thalhah bin Ubaidillah," begitu sabda Rasulullah.
Get notifications from this blog
Mesti terharu baca kisah sahabat Nabi shallaallahu alaihi wa sallam..
BalasHapusSemoga kita bisa mengambil ibrah pada tiap lembar kisahnya....
HapusMasyaallah
BalasHapusMasya Allah
BalasHapus