√ Sebuah Jawaban Pinangan - Halaman Rumah Syamsa

Sebuah Jawaban Pinangan


Serial Lembar Ibrah
Dalam kisah Salman Al Farisi Sebuah Jawaban Pinangan
Dikisahkan oleh Suden Basayev

Salman Al Farisi menemui Abu Darda.

"Ada apakah saudaraku? Sepertinya kau ingin membicarakan sesuatu? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Abu Darda segera.

"Iya, saudaraku, seperti engkau tahu, aku adalah orang Persia, dan di Madinah ini aku hanyalah seorang pendatang."

"Tidak ada bedanya, Salman. Dalam Islam tidak mengenal perbedaan suku bangsa. Bahkan engkau adalah sahabat Rasulullah Saw yang sangat diistimewakan beliau," tukas Abu Darda.

"Aku tahu, saudaraku. Tapi untuk masalah satu ini, tetap ada bedanya antara seorang pendatang dari Persia dengan orang asli Madinah sepertimu."

"Ada apa sebenarnya, Salman saudaraku?"

Salman sejenak terdiam. Ada sedikit keraguan untuk berbicara. Abu Darda melihat gelagat itu. "Tampaknya ada masalah serius, Salman? Atau jangan-jangan kau ingin aku melamarkanmu pada gadis Madinah?"

Salman terkejut dengan kata-kata Abu Darda. Mungkin Abu Darda berniat mencandainya, tapi itu adalah yang sesungguhnya, yang membuat Salman menemui Abu Darda.

"Subhanallah, engkau bisa menebak isi hatiku, saudaraku?"

Abu Darda justru terkesima sendiri. "Hei, jadi benar perkataanku? Kau ingin menikahi gadis Madinah, Salman saudaraku?"

Salman mengangguk. Abu Darda tertawa senang. Dipeluknya Salman Al Farisi. "Subhanallah wal hamdulillah.... Aku bahagia mendengarnya. Sungguh, aku akan dengan senang hati membantumu. Siapa gadis itu?"

"Seorang gadis Anshar yang aku kagum keshalihahannya. Saudaraku, aku pendatang, tidak tahu bagaimana adat dan tata cara melamar di Madinah ini. Maka aku butuh bantuanmu untuk hal ini...."

Maka, Abu Darda pun mengantarkan Salman Al Farisi menuju ke rumah orangtua dari gadis Anshar yang telah membuatnya tertarik. Keduanya diterima ayah dari si gadis dengan sangat ramah.

Setelah mempersilakan tamunya duduk, ayah gadis yang ditaksir Salman segera menanyakan maksud kedatangan keduanya. Abu Darda yang menjadi wakil Salman yang menjawabnya.

"Saya Abu Darda, dan ini saudara saya, Salman, pendatang dari Persia. Seorang sahabat Rasulullah Saw yang sangat istimewa dengan amal dan jihadnya."

Ayah si gadis itu mengangguk-angguk sambil memandang Salman yang sedang diperkenalkan oleh Abu Darda. Beliau menanggapi dengan senang, "Sebuah kehormatan bagi saya atas kedatangan kalian berdua...."

Abu Darda melanjutkan, "Dan maksud kedatangan kami berdua, saya mewakili saudara saya ini, Salman, untuk menyunting putri Anda."

"Subhanallah, adalah kebahagiaan saya jika bisa bermenantukan sahabat kebanggaan Rasulullah Saw. Tetapi untuk masalah ini, hak jawab sepenuhnya ada pada anak gadis saya. Saya serahkan semua pada putri saya."

"Tentu saja memang harus demikian, kami memahami hal itu...."

Ayah gadis Anshar itu masuk ke dalam, menemui istri dan anak gadis beliau. Salman dan Abu Darda menunggu dengan hati berdebar-debar. Salman memohon kepada Allah Swt agar diberikan yang terbaik. Sebuah kepasrahan seorang sahabat Nabi kepada Allah, tuhan sekalian alam.

Orangtua si gadis keluar bersama sang anak. Makin berdegup kencang jantung Salman Al Farisi.

"Maafkan saya, saya akan mewakili jawaban dari putri saya," ibu dari si gadis yang berkata-kata.

"Silakan, kami siap mendengarnya," kata Abu Darda. Salman mengangguk sepakat.

"Dan maafkan kami jika harus berterus terang."

Deg. Kata-kata itu membuat hati Salman kebat-kebit. Ditolakkah pinangannya?

"Saya mohon maaf, wahai Salman, sahabat Rasulullah yang diberkahi Allah. Putri saya menolak pinangan Anda. Sekali lagi maafkanlah keterusterangan ini...."

Salman kecewa, tapi ia lekas menata hati. Ia memang sudah pasrah pada Allah yang menentukan jodoh bagi hamba-hamba-Nya.

Rupanya jawaban gadis Anshar itu ada kelanjutannya. Sang ibu kembali berkata-kata, "Dengan mengharap ridha Allah, putri saya justru akan menerima jika yang berkeinginan melamarnya adalah Abu Darda."

Abu Darda terkejut. Salman pun terkesima. Si gadis Anshar menunduk dalam.

"Allahu akbar!" Salman bertakbir. Ia merasakan kuasa Allah yang sangat luar biasa detik itu.

"Itulah keterusterangan dari putri kami," pungkas sang ibu.

Salman mengguncang bahu Abu Darda. "Saudaraku, semua mahar yang aku persiapkan kuserahkan padamu, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian berdua!"

Semua yang ada di ruang tamu itu terkesima dengan perkataan Salman. Sebuah sikap seorang sahabat Nabi yang sangat luar biasa dan dewasa. Abu Darda bagai tidak percaya dengan apa yang terjadi saat itu. Sebuah kuasa Allah yang di luar akal manusia....

Get notifications from this blog

9 komentar

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.