√ Lantunan Seindah Budi; Sebuah Pelajaran Pendidikan Anak - Halaman Rumah Syamsa

Lantunan Seindah Budi; Sebuah Pelajaran Pendidikan Anak


Bernostalgia dengan lagu lawas, berjudul Seindah Budi. Lagu ini dilantunkan grup band slow rock asal Malaysia yang bernama Why. Asing, ya? Saya yakin memang banyak yang tidak kenal.

Semasa saya masih muda, usia sekolah, saya pernah mendengarkan lagu itu dari kaset tape recorder yang saya pinjam dari teman. Waktu itu saya langsung suka saja dengan lagunya, secara saya memang hobi mendengarkan lagu-lagu dari negeri jiran.

Apa yang menarik dari lagu itu? Bagi saya yang cukup menarik adalah tema yang diusung. Kan biasanya lagu jiran waktu itu isinya paling cinta-cintaan atau rindu-rinduan. Nah ini beda. Isinya sebuah nasihat pendidikan anak. Di akhir lagu diperdengarkan suara celotehan bayi yang tertawa menggemaskan.

Lagu ini diciptakan oleh Salman dengan lirik atau syair lagunya digarap oleh S. Amin Shahab. Asing juga ya nama komposernya, di telinga kita? Saya saja biasanya kenal nama pencipta lagu Malaysia seperti Saari Amri, LY, Baiduri, Rahim Othman, atau Eddie Hamid. Tidak ada nama Salman dan S. Amin Shahab.

Baiklah, kita simak yuk, bagaimana syairnya:

Seindah Budi

Dengan kekerasan
Mana bisa kau mencorakkan
Sehelai sutera
Menjadi sehalus batik indah
Pasti hancurlah ia
Sebelum kau sempat melukiskannya

Dan apatah lagi
Untuk melilin sang sutera
Begitu jua hati
Insan yang disayangi
Dapatkah kita takluki
Jika hati sedingin salji

Belailah ia… sekadarnya
Agar tak terlalu manja
Dan sama-sama kita jaga
Kerna sebatang lilin
Kan bisa terbakar
Istana…

Yang keras kita ukirkan
Yang lembut kita bentukkan
Yang buruk kita warnakan
Hingga jadi
Rupa dan hati
Seindah budi


Bagaimana? Enak banget kan syairnya? Apalagi dilantunkan dengan lagu oleh Why. Sangat menyentuh hati. Dan saya suka. Meski tergantung selera juga, sih. Toh, tidak semua orang menyukai lagu Melayu.

Pada lagu yang dipopulerkan Why pada tahun 1996 ini, kita disuguhi sebuah gambaran tentang sehelai sutera yang diharapkan bisa menjadi sebuah batik indah. Kita harus membuat corak dengan sabar tanpa kekerasan. Lalu melukiskan dan dilanjut melilin. Butuh kesabaran yang berlebih.

Itu penggambaran tentang mendidik anak, yang disampaikan dengan pengibaratan membatik. Kita dinasihati juga agar tidak terlalu memanjakannya dengan belaian sekadarnya saja. Anak ibarat lilin, meski kecil nyalanya sanggup membakar istana. Betul juga, ya...

Yang keras kita ukirkan, yang lembut kita bentukkan, dan yang buruk kita warnakan. Bagaimana kita memang harus mengenali anak, menyesuaikan pada kemampuan dan potensinya. Semua itu demi terbentuknya rupa dan hati yang indah berbudi.

Penasaran dengan lagunya? Atau mungkin sudah pernah mendengarnya? Saya suka waktu mendengarkannya saat masih masa-masa sekolah dulu. Nah, sekarang sudah punya dua anak, saya teringat lagu itu dan mencoba mengunduhnya mp3-nya dari internet. Alhamdulillah ketemu.

Saya bernostalgia, mendengarkan lagi Seindah Budi, meresapi. Dan mencoba menulisnya di sini. Seindah Budi.... Terima kasih Why, Salman dan S. Amin Shahab, atas lagunya yang inspiratif.

Get notifications from this blog

2 komentar

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.