√ Bastian Tito dan Fenomenalnya Wiro Sableng - Halaman Rumah Syamsa

Bastian Tito dan Fenomenalnya Wiro Sableng



Kabar akan diproduksi ulangnya film Wiro Sableng, sang Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, membuat saya seolah melayang ke masa lalu, di mana saat-saat awal saya berkenalan dengan pendekar gendeng itu, yakni dari novel buah karya Bastian Tito.

Bisa dikatakan, novel serial silat berseri inilah yang menginspirasi saya untuk bercita-cita menjadi seorang penulis. Wiro Sableng adalah novel yang selalu berusaha saya beli dan saya koleksi. Meskipun tidak seluruh episode bisa saya dapatkan. Dan saya selalu berhayal bisa menulis cerita seperti itu.

Bastian Tito menulis novel Wiro Sableng sejak 1967, dan sampai 2006 sudah terbit sebanyak 185 episode. Proses penulisannya tiap episode rata-rata memakan waktu 3 minggu untuk novel setebal 128 halaman.


Penulis produktif yang lahir 23 Agustus 1945 dan meninggal pada 2 Januari 2006 ini, mengetik sendiri naskahnya, lalu untuk proses edit dan penyelesaian buku dilakukan asisten. Dalam sekali menulis, Bastian Tito biasa menggarap 2 sampai 3 buku sekaligus.

Sebelum menulis Wiro Sableng, ayah dari Vino G. Bastian ini memilih langsung berkunjung dan mensurvei tempat atau daerah yang akan dijadikan setting cerita. Dipelajarinya adat, budaya, legenda maupun cerita-cerita masyarakat setempat dan dihubungkan dengan situasi cerita dalam novel dengan suasana alam dan keadaan pada masa silam. Apalagi, sebagai pendekar, Wiro Sableng dikisahkan mengembara ke hampir seluruh daerah di Indonesia. Bahkan kerennya, nama daerah pun memakai nama jadul, seperti Andalas untuk Sumatera, Mengkasar untuk Makasar, dan sebagainya.

"Persis yang saya ingat, beliau menulis itu berdasarkan tempat yang real. Beliau suka travelling, lihat ke lokasi sebenarnya lalu beliau capture ke dalam buku," kenang Vino G. Bastian. "Jadi yang beliau tulis itu otentik tempat sebenarnya, beliau mendatangi tempatnya langsung sebelum nulis, kayak ke candi-candi."

Novel karya besar Bastian Tito ini pun sudah diadaptasi menjadi film dan sinetron laga. Tercatat sekitar 7 judul film layar lebar telah diproduksi dengan pemeran Tonny Hidayat sebagai sang pendekar.

Sementara untuk sinetronnya pernah tayang tahun 1995, diperankan oleh Ken Ken (Herning Sukendro) episode 1-50, dilanjut Abhie Cancer pada episode 59-91. Penggemar novel Wiro Sableng tentu sudah tidak asing dengan ketiga pemeran itu.

Bastian Tito sendiri pernah mengatakan pada Ken Ken, bahwa ia ada keinginan Wiro Sableng diperankan oleh anaknya. Harapan ini tampaknya akan segera jadi kenyataan, karena produksi ulang film Wiro Sableng sudah mulai digarap oleh Lifelike Pictures dengan sutradara Angga Dwimas Sasongko dan diproduseri oleh Sheila Timothy. Pemeran Wiro Sableng benar-benar anak penulisnya, Vino G. Bastian. Dan yang membuat film ini layak ditunggu adalah adanya kerja sama dengan Fox International Productions.


Semangat menulis dan sangat produktifnya Bastian Tito ini seharusnya juga bisa menjadi cambuk bagi para penulis pemula. Seperti saya tentunya yang sampai sejauh ini masih sangat minim karya dan sering dilanda vakum dalam dunia kepenulisan.

Meski Bastian Tito sudah meninggal dunia, toh karyanya sampai sekarang masih dikenal orang. Bahkan, ada komunitas pecinta Wiro Sableng mengabadikan novel serialnya dalam bentuk e-book sehingga tidak sirna begitu saja dan banyak yang bisa membacanya.

Apakah Anda tidak tertarik mengabadikan nama dengan karya? Kalau tertarik, marilah kita lecut diri, agar menulis menjadi bagian dari hidup kita.

Get notifications from this blog

3 komentar

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.