Balada Seuntai Kalung
Serial Lembar Ibrah
Dalam kisah Fatimah Az Zahra Balada Seuntai Kalung
Dikisahkan oleh Suden Basayev
Seorang musafir diantarkan salah seorang sahabat Nabi ke rumah Fatimah Az Zahra.
"Wahai, engkaukah Fatimah putri Rasulullah Saw?" tanya musafir itu.
"Iya, saya putri Rasulullah Saw. Adakah yang bisa saya bantu?"
Sahabat yang mengantarkan musafir itu membantu menjawab, "Musafir ini kehabisan bekal, di masjid beliau meminta makan kepada Rasulullah. Tapi Rasulullah sedang tidak ada yang bisa diberikan. Maka, Rasulullah memintaku mengantarkan musafir ini padamu, wahai istri Ali...."
"Baiklah. Tunggulah sebentar." Fatimah masuk ke rumah. Musafir itu menunggu penuh harap, ia sungguh sudah sangat kelaparan.
Sementara di dalam rumah, Fatimah Az Zahra kebingungan karena memang sedang tidak ada makanan untuk diberikan kepada musafir itu. Tapi ia ingat sesuatu...
Fatimah kembali menemui musafir dan sahabat di depan. Putri Rasulullah Saw ini mengulurkan seuntai kalung. "Juallah kalung ini. Mudah-mudahan harganya cukup untuk memenuhi kebutuhanmu."
Musafir itu sejenak tertegun. Ragu-ragu ia terima uluran kalung itu. Tapi Fatimah tampak bersungguh-sungguh dan ikhlas.
Kedua tamu Fatimah itu kembali ke masjid, berjumpa lagi dengan Rasulullah Saw dan para sahabat yang sedang berbincang di sana.
"Bagaimana, saudaraku? Adakah makanan yang kau dapatkan?" bertanya Rasulullah Saw.
Musafir itu menunjukkan seuntai kalung yang diberikan Fatimah. "Putrimu memberikan ini untuk kujual, wahai Rasulullah...."
Melihat kalung itu di tangan musafir, Rasulullah terharu dan tak kuasa menahan tangis. Beliau tahu persis, itu satu-satunya perhiasan yang dimiliki Fatimah, seuntai kalung hadiah pernikahan dari suaminya, Ali bin Abi Thalib. Tapi Fatimah merelakannya untuk musafir yang sedang lapar itu.
Musafir itu memohon diri. Bersegera hendak menuju ke pasar. Ammar bin Yassir yang ikut duduk di masjid, bergegas menyusul musafir itu.
"Wahai saudaraku, hendak kau jual berapakah kalung itu?" tanya Ammar bin Yassir setelah berhasil menyusulnya.
"Aku akan menjualnya dengan roti dan daging yang bisa mengenyangkan perutku, juga sehelai pakaian untuk menutup tubuhku, dan 10 dinar untuk bekalku pulang," jawab musafir itu.
"Aku beli dengan 20 dinar untukmu, ditambah baju serta seekor unta untuk tungganganmu. Bagaimana?" tawar Ammar.
"Baiklah, itu cukup untukku," jawab sang musafir.
Setelah mendapatkan kalung itu, Ammar bin Yassir memanggil seorang budaknya yang bernama Asham. "Wahai Asham, pergilah pada Rasulullah Saw. Sampaikan kalung ini sebagai hadiah dariku, dan juga engkau kuserahkan kepada beliau. Jadi mulai hari ini, engkau bukan lagi budakku, tapi budak Rasulullah...."
Rasulullah menerima kedatangan Asham dengan gembira. Apalagi hadiah kalung dari Ammar adalah kalung milik putri beliau yang diberikan kepada musafir yang kelaparan itu. Bersama Asham, Rasulullah segera menuju ke rumah Fatimah Az Zahra.
Melihat kedatangan ayahandanya, Fatimah lekas menyambut dengan segera. Rasulullah segera menunjukkan kalung itu.
"Putriku, Ammar bin Yassir menghadiahkan kalung ini beserta seorang budaknya untukku. Maka, aku melakukan hal sama kepadamu. Ambillah kalung ini dan terimalah Asham menjadi sahayamu," kata Rasulullah Saw.
"Subhanallah walhamdulillah wallaahu akbar. Kalung ini kembali padaku, wahai Ayahanda Rasul?" sambut Fatimah terlihat gembira.
"Iya. Ini masih rezekimu...."
Lalu Fatimah memandang Asham. "Hari ini, engkau bukan budak siapa pun. Engkau merdeka, wahai Asham..."
Asham terkejut mendengarnya. Tiba-tiba ia menangis...
"Mengapa engkau menangis? Bukankah seharusnya engkau berbahagia menyambut kebebasanmu?" tanya Fatimah.
"Aku menangis karena terharu, wahai putri Rasulullah.... Seuntai kalungmu telah mengenyangkan perut yang lapar, menutupkan pakaian bagi musafir itu, memberikan tunggangan baginya, dan akhirnya membebaskan seorang budak," kata Asham memberikan jawaban.
Dan lebih dari itu, kalung dengan ikhlas disedekahkan, tetapi Allah berkuasa mengembalikannya lagi pada pemiliknya, Fatimah Az Zahra, kesayangan Allah dan Rasul-Nya. Subhanallah....
Get notifications from this blog
Keren
BalasHapusMbak Uky mampir...
HapusBaca seuntai kalung kok mbrebes mili.. padahal rasanya sudah pernah baca lho.. 😊
BalasHapusCengeng ah!
Hapus;-(
BalasHapusCup cup cup....
Hapusmembaca cerita Rasul dan sahabatnya sllu terenyuh, malu kalau bercermin pd diri sendiri...
BalasHapusIya mas Dwi, kita tak ada seberapanya.
HapusSelalu ada oase ketika memasuki rumah ini
BalasHapusMakasih kunjungannya mbak Wid...
Hapus