Ummi Aminah Menakar Kecintaan pada Ibu
Saya mungkin termasuk terlambat menikmati film ini. Secara bukan menonton langsung di bioskop. Saya hanya menontonnya lewat VCD yang saya sewa di rental film, bersama tiga VCD lainnya: Ayah Mengapa Aku Berbeda, Di Bawah Lindungan Ka’bah dan satu lagi VCD Bernard Bear. VCD yang terakhir ini niatnya saya sewakan buat anak saya, Haikal. Meski belakangan saya juga yang paling suka menontonnya.
Dari keempat film yang saya sewa, hanya Ummi Aminah-lah yang saya anggap paling berkesan. Dalam arti bisa membuat saya benar-benar terhibur. Ada tawa, haru-biru, sedih, dan mendebarkan bercampur jadi satu.
Ummi Aminah disutradarai Aditya Gumay yang juga turun langsung dalam penggarapan skenario bersama Adenin Adlan. Film berdurasi 104 menit ini sebenarnya sudah rilis sejak 5 Januari 2012 dan saya baru nonton bulan Oktobernya. Terlambat memang, tapi tak ada yang perlu disesali selain ‘mengapa nggak nonton dari dulu’. Tidak mengapalah, toh akhirnya 104 menit berharga dalam hidup saya ini sempat sudah saya lalui.
Film yang awalnya saya sangka ‘biasa-biasa saja’ karena judulnya yang kurang menarik menurut saya ini, ternyata mampu menyihir saya untuk menikmatinya tanpa jeda. Sangat menarik dan tidak ingin melewatkan setiap detiknya.
Film ini mengisahkan tentang Ummi Aminah (Nani Widjaja), seorang ustadzah kondang sekaliber Mamah Dedeh menurut saya. Di adegan-adegan awal ditunjukkan betapa banyak jamaah yang selalu setia menghadiri setiap kali beliau ceramah. Ummi Aminah adalah ustadzah idola yang tidak pernah menetapkan tarif ceramahnya. Bahkan di salah satu adegan diperlihatkan beliau ceramah dan hanya dibayar dengan hasil kebun warga. Pokoknya, sosok ustadzah yang luar biasa.
Tapi, dalam film ini, rupanya Aditya Gumay mau menunjukkan kepada kita, bahwa Ummi Aminah adalah juga manusia yang bisa terpuruk dalam menghadapi persoalan hidup yang datang bertubi-tubi. Meski akhirnya, dengan dukungan keluarga besar beliau mampu bangkit lagi.
Film keren ini memang didukung bintang bertaburan. Wajah-wajah tak asing di belantara hiburan menghiasi film ini. Sebut saja nama-nama beken seperti Rasyid Karim, Ali Zainal, Ruben Onsu, Revalina S Temat, Paramitha Rusady, Yessy Gusman, Genta Windi, Gatot Brajamusti, Elma Theana, Aty Cancer Zein, Zee Zee Shahab, Cahya Kamila, Budi Chaerul, dan Temmy Rahadi. Mereka mendapat jatah peran dengan karakter masing-masing yang cukup memberi warna film ini.
Seperti saya katakan di depan tadi, film ini memang sangat menghibur. Banyak adegan yang mengundang senyum bahkan tawa. Selain itu, adegan mengharukan pun mewarnai adegan dalam film ini.
Secara garis besar, sinopsis film ini sebagai berikut, saya copas saja dari Wikipedia, ya:
Ummi Aminah (Nani Widjaja), ustadzah yang memiliki ribuan jamaah setia. Kemana pun ia ceramah, masjid selalu penuh. Padahal, ia tak pernah meminta bayaran. Ummi Aminah adalah ustadzah idola.
Ummi dikaruniai dua anak – Umar (Gatot Brajamusti) – beristrikan Risma (Yessy Gusman). Aisyah (Cahya Kamila), anak kedua Ummi, seorang ibu rumah tangga yang bersuamikan Hasan (Budi Chaerul).
Dari suami keduanya -- Abah (Rasyid Karim) -- Ummi memiliki lima anak: Zarika (Paramitha Rusadi), Zainal (Ali Zainal), Zubaidah (Genta Windi), Zidan (Ruben Onsu) dan Ziah (Zee Zee Shahab).
Zarika, seorang wanita karir sukses yang was-was dengan usianya. Ia belum punya jodoh. Zarika memiliki hubungan khusus dengan bawahannya -- Ivan (Temmy Rahadi) yang sudah beristeri, Dewi (Elma Theana). Di jejaring sosial, Zarika menjadi bulan-bulanan, dituduh sebagai perempuan perebut suami orang. Ummi meminta Zarika mengakhiri hubungan mereka.
Istri Zainal, Rini (Revalina S Temat) tengah mengandung anak kedua. Mereka masih menumpang di rumah Ummi. Kerja Zainal hanya menyopiri Ummi ke berbagai tempat ceramahnya. Untuk menambah penghasilan, Zainal mencoba jualan sepatu di tempat-tempat Ummi ceramah. Malang baginya, Zainal dimanfaatkan teman bisnisnya sebagai kurir narkoba. Penangkapan Zainal disaksikan jamaah Ummi. Berita pun menyebar, Ummi hanya bisa pasrah ketika semua tempat-tempat pengajian membatalkan undangan ceramah.
Bukan hanya persoalan Risma, Zarika dan Zainal, masalah Zidan juga membuat Ummi harus lebih tawakal. Abah masih sulit menerima keadaan Zidan yang sifatnya seperti perempuan. Sementara Zubaidah merasa tak pernah diperhatikan Ummi. Pendidikannya rendah, Zubaidah merasa tidak dipercaya Ummi sebagai asisten ustadzah kondang. Persoalan keluarga Ummi makin menggunung ketika Abah tertipu bisnis jual-beli tanah kontrakan.Nah, untuk lebih serunya, tentu harus nonton langsung filmnya. Dijamin tidak akan kecewa. Saya saja tidak rela melewatkan setiap detik adegannya. Oya, siapkan tisu bagi yang terbiasa mewek lihat film drama mengharu-biru.
Beberapa kawan di blog mengomentari kualitas gambar film yang terlalu sederhana, tapi semua itu tidak terasa mengganggu pada pandangan mata awam saya akan sinematografi. Semua terangkai begitu baik menurut saya.
Terakhir, saya merekomendasikan film ini untuk Anda yang mencintai ibu Anda. Semoga makin banyak film seperti ini dilahirkan para sineas Indonesia. Selamat menonton.
Get notifications from this blog
Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.