√ KTP - Halaman Rumah Syamsa

KTP

Berencana membuatkan akte kelahiran anak kami, Haikal. Oh iya, KTP dan KK-ku, juga KTP dan KK istri masih berstatus TIDAK KAWIN. Artinya harus dirubah dulu statusnya menjadi KAWIN. Bahasa yang dipakai pemerintah terkesan kasar ya?! Maksudku, apa nggak enak ditulis NIKAH saja ya?

Aku dan istri berangkat ke balai desa Tegalsari dulu untuk minta pengantar ganti status KTP dan KK istri. Sekitar jam 9 pagi.

Selesai mendapat pengantar, kami pamitan. Hey! Ada pegawai kelurahan yang baru datang sesiang ini lho!

"Yah, masa jam segini baru datang ya?" komentar istri melihat pegawai yang baru muncul itu.

"Ke sawah dulu barangkali, Bun," kataku sok menebak.

Setelah selesai dari kelurahan Tegalsari, kami ke rumah etan dulu mengambil buku nikah. Lantas menuju balai desa Ngreco minta perubahan status untukku.

Di kelurahan Ngreco pelayanannya lumayan lamban. Petugasnya sambil ngobrol. Ya sudah, ditunggu saja.

Jam 11 baru bisa ke kantor kecamatan.

"Pak, mau memperbarui status KTP dan KK," kataku sambil mengangsurkan perlengkapan pengantar ke loket di kantor kecamatan.

Petugas yang berada di situ lekas memeriksa kelengkapannya.

"Langsung jadi bisa, kan, Pak?" tanyaku.

"Wah, hari ini nggak bisa, Mas," jawab si petugas sambil melirikkan sudut mata dari kacamata plusnya.

"Kenapa, Pak?"

"Petugas fotonya nggak ada," jawabnya. Hedeh! Enteng banget!

"Loh, ini masih jam kerja, kan, Pak?" tanyaku protes.

"Yang bagian foto lagi pergi, Mas. Petugasnya kan dari kabupaten, bukan dari sini."

Loh? Tukang foto saja harus dari kabupaten? Secara hasil foto di KTP kualitasnya jelek itu ternyata petugasnya saja khusus dari kabupaten? Oalah, Pak, nggak nyari petugas foto di pinggir-pinggir jalan saja, yang kualitas jepretannya lebih oke? Dan nggak jauh-jauh dari kabupaten!

"Masih jam 11 masa nggak bisa, Pak?" eyelku.

"Mau gimana lagi, Mas, habisnya atasan lagi ada hajat sih ...."

Idih, hajat? Apa lagi ini?? Masa iya, atasan punya hajat terus layanan publik terganggu!

"Jadi, beneran nggak bisa ditunggu, Pak?" tanyaku. Hmm, nggak tahu ya, istriku terpaksa kemari demi KTP juga ninggal bayi!

"Besok, Mas. Pagi kesini saja ya."

Kulihat istriku. Tampak kecewa juga. Mendadak jengah juga aku. Petugas yang berperut buncit itu mendadak terlihat sebagai iblis di depan mataku.

"Ya sudah, Pak, besok saya ke sini lagi," aku mengalah. Nggak bisa menang sih!

"Iya, Mas. Ini perlengkapannya sudah dicap semua. Besok tinggal bawa ke dalam."

Aku terima uluran perlengkapan surat yang tadi kubawa.

"Isi kotak sekedarnya ya, Mas!" katanya sambil menunjuk kotak kayu (berbentuk seperti kotak infak di masjid) yang tersedia di sebelah loket!

Hedeh??!! Nggak tau diri banget!! Nggak punya muka!!

"Eh, aku ada uang receh," kataku pada istri. Sambil kubuka dompet.

Hmm ... baru kali ini aku masukkan infak 500 perak tapi NGGAK IKHLAS!!

Get notifications from this blog

2 komentar

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.