Kabur
Waduh! Ke sawah?! Jujur, aku kan paling nggak bisa ngerjain kerjaan sawah, ndaut***, mbanjari****, menanam pun aku tak terampil. Meski anak petani tapi dari kecil, aku (juga adik-adikku) tak ada yang mau ke sawah, jadi sama sekali nggak bisa kerjaan sawah. Paling kalau ke sawah dulu cuma jaga saat banyak burung pipit yang menyerbu tanaman padi, atau waktu harus mengusung hasil panen pulang. Tapi jangan tanya kerjaan tandur dan memanen, sama sekali nggak bisa! Kacau kan?! Oiya ... "Di sini kan masih usung-usung lemah*****," kataku. Memang sih, beberapa hari ini, kami sedang asyik mengusung tanah dari tetangga depan rumah yang mengurangi tanah pekarangan yang terlalu tinggi dan dibawa menimbun kebun samping rumahku yang terlalu rendah dari jalan. "Ya sudah, antar aku ngulon, nanti antum pulang kemari bantu usung-usung lemah," istriku memberi usul. "Ya sudah, begitu saja ...," kataku jahat. Wah pintar deh cari alasan! Dan, aku beneran mengantar istri ke rumah kulon, meski ia hanya bisa bantu masak dan tak mungkin turun ke sawah karena kandungannya sudah seberat itu. "Buruan pulang, Yah," kata istriku, "Ditunggu Mamak tuh ..." Sebenarnya nggak enak hati juga. Ya sudahlah, kabur ... kabur ... mumpung ada alasan! Jeleknya Ayah yah, Bun? *kulon : barat
"Yah, dapat SMS dari Mbak Mia," istriku berkata, "kata bapak suruh ke rumah kulon*, mau tandur** di sawah."
**tandur : menanam padi
***ndaut : mencabut benih padi dari persemaian
****mbanjari : membawa benih dari persemaian ke tempat tanam
*****usung-usung lemah : mengusung tanah
Get notifications from this blog
Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.