√ Hapalan - Halaman Rumah Syamsa

Hapalan

Setiap malam senin, aku dan istri mengikuti kajian tahsin dan tahfidz Quran di masjid As Sajadah Kalimider. Yang mengajar Mas To, kakak iparku, kakak kandung istri. Memang baru tahap awal. Menghapal dan memperbaiki bacaan surat-surat juz 'amma.

"Hapalan itu tidak berada di dalam kepala," Mas To menjelaskan, "tapi di luar kepala. Ketika ia diperlukan maka kita memanggilnya. Jadi kadang hapalan itu hilang, karena memang letaknya di luar kepala. Muraja'ah, mengulang-ulang hapalan adalah satu-satunya cara agar hapalan itu tidak cepat hilang."

Yang mengikuti memang tak banyak, paling lima orang. Kadang berkurang kalau ada yang berhalangan hadir. Namanya juga kajian menunggu isya' dan tanpa ada undangan.


"Para ulama sepakat, untuk memudahkan menghapal, maka kita harus menjauhi maksiat, karena ilmu dan maksiat tidak bisa bersatu. Bebaskan telinga dari musik. Selain itu, perut yang keseringan kenyang juga tidak bagus bagi penghapal."

Kami cukup antusias mengikutinya. Sampai berkumandang azan Isya'.

Usai kajian diakhiri, kami bubar untuk berwudhu lagi.

"Ukh," kataku pelan, di dekat istriku, "Ada satu lagi resep menghapal Quran yang belum disampaikan Mas To."

"Apa itu, Akh?" tanya istriku.

"Jauhi Facebook ...!" kataku pede, sambil menjauh karena aku yakin akan ada gerak refleks istriku menanggapi jawabanku. Ya, dia mencoba menonjok ringan padaku. Istriku sering merasa kucuekin kalau lagi pegang henpon.

"Tuh, antum tahu!" katanya.

Get notifications from this blog

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.